“Kami sudah jelaskan kepada para Pemain, mereka menerima dan tahu kondisi ini. Apa boleh buat. Kalau mereka tidak terima mungkin bagaimana lagi,” kata Komisaris PT PBB, Umuh Muchtar.
DARA | BANDUNG – Di tengah kondisi wabah virus corona, PT Persib Bandung Bermartabat (PBB) tetap berkomitmen untuk membayarkan gaji pemain dan karyawannya.
Meski situasi kompetisi saat ini yang tengah libur, namun PT PBB ingin bergerak cepat dengan tidak menunda pembayaran gaji. Ini sesuai instruksi dari PSSI yang menyarankan agar setiap klub memberi upah sebesar 25 persen.
Komisaris PT PBB, Umuh Muchtar mengatakan, pembayaran upah sebesar 25 persen untuk pemain dan karyawannya ditanggung pribadi oleh Direktur Utama PT PBB, Glenn Timothy Sugita. Sisanya, ditambah dari dana simpanan PT PBB.
“Sementara dari pribadi Pak Glenn (Sugita), mungkin seperti itu. Dan mungkin juga ada cadangan keuangan PT yang dikeluarkan. Tapi tidak tahu berapa cadangannya,” ujar Umuh saat dihubungi melalui telepon seluler, Kamis (9/4/2020).
Ada beberapa tim yang akhirnya mendapat kesulitan di situasi seperti saat ini. Bahkan salah satu tim peserta Liga 1 dikabarkan hanya mampu membayar 10 persen dari gaji pemain.
Persib sebenarnya ingin memberi upah pemainnya lebih dari 25 persen. Akan tetapi kata Umuh, timnya akan tetap mengikuti arahan dari induk sepak bola Indonesia.
“Tidak manusiawi kalau 10 persen. Ini pun juga keputusan PSSI yang harus 25 persen, jadi ikuti saja dulu. Siapa tahu cuma satu atau dua bulan kan sudah selesai akan menjadi lebih baik,” katanya.
Umuh khawatir apabila Persib membayar 10 persen gaji, pemain akan angkat kaki dari tim. Tentu hal tersebut akan membuat suasana di tim Maung Bandung semakin kacau.
“Kalau 10 persen saya khawatir pemainnya malah pada kabur, nanti jadi masalah. Bisa jadi kacau buat tim lain juga,” jelasnya.
Dirinya mengatakan, pembayaran gaji yang hanya 25 persen ini dimaklumi oleh para pemain Persib karena kondisi yang dihadapi, terlebih sudah tertera dalam klausul kontrak mereka.
Federasi pun telah menyatakan status force majeure untuk seluruh kasta kompetisi sepak bola sejak Maret hingga Juni 2020. Hal tersebut akibat dari pandemi global Covid-19 yang semakin merebak luas.
“Kami sudah jelaskan kepada para Pemain, mereka menerima dan tahu kondisi ini. Apa boleh buat. Kalau mereka tidak terima mungkin bagaimana lagi,” ucapnya.***
Editor: Muhammad Zein