Wacana Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah Bandung Raya membuat resah para supir angkot dan pengemudi ojeg. Jika itu benar diterapkan, akan berpengaruh pada penghasilannya.
DARA | BANDUNG – Saat pemerintah menerapkam social distancing, penumpang ojek dan angkot merosot drastis. Gagan, salah seorang driver ojek online mengaku penghasilannya merosot lebih dari lima puluh persen.
Padahal, kata Gagan, biasanya sehari rata-rata mendapat 12 orderan dengan penghasilan bersih sekitar Rp.150.000 per hari. Namun, saat ini hanya mendapat 3-4 orderan dengan penghasilan hanya Rp.30.000-Rp 50.000.
“Dulu,sebelum corona kan banyaknya penumpang, kalau sekarang cuma mengandalkan pesanan makanan atau hantaran barang,” ujarnya, Senin (13/4/2020).
Gagan mengaku sangat kesulitan dengan situasi ini, apalagi ngojek adalah satu-satunya sumber penghasilan keluarga. “Penghasilan turun, sedangkan kebutuhan makan, bayar cicilan, bayar uang sekolah tetep aja harus ada. Meski pemerintah ngasih kebijakan, tetap aja nggak kerasa buat kita mah cicilan motor aja tetep harus dibayar,” akunya.
Gagan merasa keberatan kalau sampai diterapkan PSBB di Bandung Raya, pasalnya dari perusahaan yang menaunginya pun belum ada kebijakan sama sekali untuk para driver,
“Nanti kita makan darimana kalau PSBB. Nanti kan nggak boleh ada penumpang, ngandelin order makanan juga restoran udah banyak yang tutup, sementara perusahaan sendiri belum ngasih kebijakan apa-apa buat kami,” jelasnya.
Keresahan itu juga diungkapkan pengemudi angkot Asep yang selama ini mengandalkan muatan anak-anak sekolah dan pegawai pabrik sebagai penumpangnya.
Namun, setelah adanya wabah corona, setiap hari kesulitan mencari penumpang. “Orang-orang kan disuruh diam di rumah, anak sekolah libur, karyawan juga banyak yang libur. Jadi ya nggak ada penumpang, tapi kalau nggak narik juga gimana bisa ngasih makan anak istri?” ujarnya.
Asep mengatakan seharusnya pemerintah bisa menjamin kelangsungan hidup masyarakat saat menerapkan suatu kebijakan yang dirasa bisa menyulitkan.
“Harusnya pemerintah bisa menenangkan masyarakat dengan situasi seperti ini,ya ngasih bantuan atau jaminan apa gitu buat hidup sehari-hari,apalagi orang yang rumahnya ngontrak kayak saya kan was was banget,orang lain disuruh #dirumahaja, nah saya mah bisa-bisa disuruh keluar dari rumah alias diusir yang punya kontrakan kalau nggak kebayar,” pungkasnya.***
Editor: denkur