Mudik ke kampung halaman untuk merayakan hari raya Idul Fitri atau Lebaran menjadi momen yang sangat dinanti bagi para perantau yang tengah beradu peruntungan di luar kampung halamannya.
DARA| BANDUNG- Meskipun tidak tahu persis sejak kapan tradisi itu ada. Namun tradisi mudik selalu menjadi agenda penting dan wajib dilakukan warga perantau pada setiap memasuki akhir Ramadan.
Selain sebagai ajang untuk bersilaturahmi dan melepas rindu dengan seluruh sanak saudara di kampung halaman. Mudik saat momen Lebaran juga menjadi ajang pembuktian kesuksesan seseorang kepada keluarganya ataupun warga di kampung halaman.
Berbagai oleh-oleh ataupun souvenir untuk tanda kasih yang dibeli di perantauan tak lupa dibawa pulang ke kampung halaman, untuk selanjutnya diberikan kepada orang orang-orang terkasih yang telah cukup lama di tinggal ke perantauan.
Namun, merebaknya pandemi Corona (Covid-19) saat ini telah merubah semua harapan dan impian para perantau untuk dapat berkumpul bersama orang-orang terkasih di kampung halaman saat momen Lebaran yang hanya tinggal beberapa pekan lagi.
Kebijakan untuk tidak mudik bagi para perantau ke kampung halaman mereka yang dilakukan pemerintah mulai dari tingkat pusat, provinsi, hingga kabupaten/kota sebagai upaya pencegahan dan penularan Covid-19 itu, tak sedikit membuat sejumlah perantau kecewa dan sedih.
Berawal dari rindu terhadap orang-orang terkasih di kampung halaman, membuat sejumlah perantau nekat untuk melakukan mudik ke kampung halaman ditengah mewabahnya virus Corona.
Meskipun mereka tahu dan sadar dengan risiko yang mereka lakukan, yaitu berpotensi menularkan virus kepada orang-orang yang ada di kampung halaman.
Namun, rasa rindu yang sangat dalam terhadap tanah kelahiran serta rusaknya kondisi ekonomi di perantauan karena dampak dari pandemi membuat para perantau memutuskan untuk kembali dan menetap di kampung halaman mereka.
“Mau apalagi di perantauan, pekerjaan sudah tidak punya karena pabrik tempat kerja tutup dan tidak tahu lagi akan kembali beroperasi,” kata Wawan, seorang perantau asal Cianjur yang telah kembali ke kampung halaman.
Dia mengungkapkan untuk dapat kembali dari perantauannya di wilayah Sumatera ke kampung halamannya ditengah ketatnya larangan mudik yang dilakukan pemerintah membuatnya harus berani main ‘kucing-kucingan’ dengan petugas di setiap tapal batas.
“Bismillah aja waktu mutusin untuk mudik, banyak cara dilakukan mulai dari nunggu petugas di tapal batas lengang dulu. Sampai harus terpaksa menggunakan jasa pengiriman paket untuk dapat mengirimkan barang-barang yang ada di perantauan. Jadi, saya pulang hanya bawa badan aja,” pungkasnya.
Editor : Maji