Sejumlah pelanggan PDAM Tirtarahardja, Kabupaten Bandung mengeluh, karena kualitas air berminyak dan bau pesing.Selian itu, tarif air naik tanpa sosialisasi terlebih dulu.
DARA| BANDUNG- Menurut Marlia (45), sudah hampir sebulan air PAM bau pesing, sudah dilaporkan tapi tidak ada tindakan sama sekali, hingga kini air tetap.bau. “Ya mungkin terlalu banyak kaporit ya, tapi jadi mengganggu. Apalagi jika diminum tidak enak,”jelas warga kecamatan soreang ini.
Gara – gara bau nya menyengat, ia jarang menggunakan air PAM, akhir ya lebih memilih air sumur. Tetapi meskipun jarang digunakan saat bayar tagihan PDAM bulan Mei, jadi membengkak 2 X lipat dari tagihan biasa.
“Biasanya saya bayar rata-rata Rp 75 ribu per bulan. Kalaupun pemakaiannya banyak paling tagihannya Rp 80 ,- ribuan. Sekarang saya harus bayar Rp 150 ribu, aneh padahal jarang dipake habis airnya bau pesing,” tuturnya.
Ungkapan yang sama dikatakan Eulis Marlina (58) warga Warunglobak, Katapang Menurutnya, air PAM bau pesing sejak Maret, bersamaan dengan munculnya Pandemi Corona di Kabupaten Bandung.
“Bau pesingnya itu pasti dari pemberian kaporit yang terlalu banyak, selain itu airnya tidak bening seperti biasa tetapi agak putih, tapi bukan keruh. Pokoknya tidak sebening biasanya,” jelas Eulis.
Dia menambahkan, biasanya air PAM jika disimpan semalam, bau kaporitnya akan hilang. Tetapi sekarang, meslipun diendapkan satu minggu bau kaporite nya tetap ada. Malah saking terlalu banyak kaporit, air berubah jadi bau pesing.
Elis menyayangkan, sikap PDAM Tirtarahardja yang tidak tanggap pada keluhan konsumen atau pelanggan. Tapi kebijakannya justru menaikan tarif, disaat masyarakat kesulitan ekonomi akibat terdampak Covid-19.
“Pemerintah aja punya rasa empati sama rakyatnya, selain memberi bantuan sembako, Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB) 2020 saja dihapuskan. Kenapa PDAM menambah beban rakyat dengan menaikan tarif secara sepihak,”tuturnya, seraya menambahkan kenaikan tarif harus diimbangi dengan pelayanan yang baik.
Sementara itu, Humas PDAM Tirtaraharja Kab Bandung, Hj Hartati saat dihubungi melalui telepon seluler tidak menjawab dan meresponnya. Selain itu juga, saat ditemui di kantor sedang keluar dan tidak ada ditempat.
Editor : Maji