Sejak Kapan Ketupat dan Opor Jadi Santapan Lebaran? Ini Ceritanya

Senin, 25 Mei 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ketupat dan opor ayam makan has saat Lebaran (Foto : wartakini.com)

Ketupat dan opor ayam makan has saat Lebaran (Foto : wartakini.com)

Momen lebaran menjadi momen sakral dan sangat penting bagi umat islam di seluruh dunia. Lebaran menjadi momentum seseorang menjadi pribadi yang lebih baik setelah menjalankan puasa Ramadhan selama satu bulan lamanya.


DARA| BANDUNG- Di Indonesia, selain momentum saling memaafkan saat lebaran, ada tradisi unik lainnya yaitu menyediakan menu sajian khas lebaran. Seperti opor dan juga ketupat.

Hidangan opor dan ketupat merupakan dua hidangan yang tak pernah terlupakan dalam sajian hari raya Idul Fitri. Rasanya ada yang kurang jika kedua tak hadir di meja makan saat perayaan. Kombinasi Keduanya sangat cocok disantap untuk menemani hari istimewa.

Di balik rasanya yang lezat, dan dibuat sebagai menu khas lebaran, ternyata opor dan ketupat memiliki filosofi yang penuh makna.

Dikutip dari dream.co.id, sajian ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga saat sedang menyebarkan agama Islam di Jawa Tengah. Sunan Kalijaga menggunakan budaya dan tradisi lokal untuk mengenalkan agama Islam agar mudah diterima, termasuk kuliner lokal ini.

Awal mulanya masyarakat lokal sudah memiliki kebiasaan menggantungkan ketupat di depan pintu rumah yang dipercaya mendatangan keberuntungan. Nah, oleh Sunan Kalijaga tradisi ini diubah dengan menjadikan ketupat sebagai sajian bernuansa islami untuk menghilangkan unsur mistisnya.

Di balik bentuknya, ternyata ketupat juga memiliki makna, khususnya bagi masyarakat di Jawa. Bentuk ketupat sendiri dilambangkan sebagai perwujudan kiblat papat limo pancer. Maksudnya adalah sebagai keseimbangan alam dalam empat arah mata angin utama, yakni timur, selatan, barat, dan utara. Meskipun memiliki empat arah, namun hanya ada satu kiblat atau pusat.

Keempat sisi ketupat ini diasumsikan sebagai empat macam nafsu yang dimiliki manusia yang dikalahkan dengan berpuasa. Oleh karenanya, jika makan ketupat sendiri bisa diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengalahkan empat nafsu ini.

Di dalam filosofi Jawa, makna ketupat sangat khusus. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku lepat memiliki arti mengakui kesalahan. Ngaku lepat merupakan tradisi sungkeman yang menggambarkan pengakuan kesalahan bagi orang Jawa.

Prosesi sungkeman biasanya dilakukan dengan bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun. Hingga kini budaya sungkem pun masih terus dijalankan masyarakat di Indonesia. Sungkeman mengajarkan akan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan, dan ampunan dari orang lain, khususnya orang tua.

Sedangkan laku papat artinya empat tindakan dalam perayaan lebaran. Empat tindakan tersebut adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Empat tindakan tersebut memiliki arti masing – masing, yakni:

Lebaran memiliki makna usai, yang menandakan berakhirnya waktu puasa. Kata lebaran berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.

Luberan memiliki makna meluber atau melimpah. Maksudnya adalah sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin. Pengeluaran zakat fitrah menjelang lebaran pun selain menjadi ritual yang wajib dilakukan umat Islam, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia.

Leburan memiliki makna habis dan melebur. Maksudnya pada momen lebaran, dosa dan kesalahan akan melebur hilang. Karena setiap umat islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.

Sedangkan laburan adalah labor atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya adalah agar manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.

Filosofi ketupat :

Mencerminkan beragam kesalahan manusia :
Hal ini bisa terlihat dari rumitnya bungkusan ketupat. Kesucian hati. Setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih dan hal ini mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.

Mencerminkan kesempurnaan :
Bentuk ketupat begitu sempurna dan hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat Islam setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak Idul Fitri.

Opor ayam merupakan masakan yang dari Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, yang memiliki akar budaya Jawa.

Pada hidangan opor ayam, masakan tersebut menjadikan santan sebagai bahan utamanya. Santan sendiri dalam bahasa Jawa disebut dengan santen yang mempunyai makna ‘pangapunten’ alias memohon maaf.

Kombinasi antara opor dan ketupat ini diyakini menjadi sebuah lambang permintaan maaf yang tulus serta keinginan untuk memperbaiki kesalahan dengan hati yang putih dan suci.

 

Editor : Maji

Berita Terkait

Komplek Kantor Pemkab Bandung di Soreang Kumuh, Ini Kata Wabup Ali Syakieb
Kota Bogor Nyatakan Status Darurat Bencana Hidrometeorologi
Update Banjir di Bekasi, Bupati Instruksikan BPBD dan Dinsos Turun ke Lokasi
Calon Pebisnis Sukses Mari Merapat, Pegadaian GadePreneur 2025 Resmi Dibuka!
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi: Hentikan Alih Fungsi Lahan di Puncak Bogor
Dibaca Usai Tarawih, Berikut Bunyi Doa Kamilin dan Terjemahannya
Berapa Besaran THR di Era Prabowo? Ini Dia Beritanya
Siaran Ramadan di Medsos Harus Edukatif dan Ramah Anak
Berita ini 2 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 5 Maret 2025 - 15:37 WIB

Komplek Kantor Pemkab Bandung di Soreang Kumuh, Ini Kata Wabup Ali Syakieb

Rabu, 5 Maret 2025 - 15:11 WIB

Kota Bogor Nyatakan Status Darurat Bencana Hidrometeorologi

Rabu, 5 Maret 2025 - 12:37 WIB

Update Banjir di Bekasi, Bupati Instruksikan BPBD dan Dinsos Turun ke Lokasi

Selasa, 4 Maret 2025 - 15:04 WIB

Calon Pebisnis Sukses Mari Merapat, Pegadaian GadePreneur 2025 Resmi Dibuka!

Senin, 3 Maret 2025 - 13:41 WIB

Gubernur Jabar Dedi Mulyadi: Hentikan Alih Fungsi Lahan di Puncak Bogor

Berita Terbaru