Hari ini tanggal 3 Juni adalah Hari Bersepeda Sedunia, sudah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Mulai diparingati dua tahun lalu, tepatnya tahun 2018.
Majelis umum PBB mengakui manfaat menggunakan sepeda sebagai alat transportasi.
Dikutip dari GenPI.co, Rabu (3/6/2020), pada abad ke-19, Karl von Drais, seorang Baron Jerman menjadi pelopor bentuk sepeda modern yang digunakan hingga saat ini.
Sementara itu, kata ‘sepeda’ berasal dari bahasa Prancis ‘bicyclette’. Sebelumnya, sepeda dikenal sebagai velocipedes.
Selama 1800-an, sepeda pertama kali dibawa ke China.
Saat ini, lebih dari setengah miliar penduduk negara itu menggunakan sepeda. Setiap tahun lebih dari 100 juta sepeda diproduksi di China.
Lalu, selama abad ke-19, sepeda menjadi salah satu cabang olahraga yang populer di Inggris.
Pada tahun 1935, Fred A. Birchmore, berkeliling dunia dengan sepedanya. Dia menempuh 40.000 mil perjalanan dari Eropa dan Asia, ke Amerika Serikat.
Fred mengayuh sepeda untuk 25.000 mil sementara dia menutupi sisa perjalanan melalui perahu. Selama seluruh perjalanan, ia mengganti tujuh kali ban sepedanya.
Sepeda tertua
Dikutip dari jawaban.com, banyak pihak yang mengklaim sepeda paling lama di dunia. Namun, klaim pertama muncul pada jaman 1493. Sepeda itu terpampang di jendela Gereja di Stoke Poges. Sepeda itu menunjukkan malaikat telanjang yang sedang menggunakan perangkat sepeda. Ini didasarkan sketsa pada 1493 yang diperkirakan milik Gian Giacomo Caprotti atau terkenal dengan nama Salaino yang berarti setan, murid dari Leonardo da Vinci.
Banyak pihak yang meragukan keaslian sketsa tersebut, namun banyak pengamat yang mengagungkan teori ini. Bagaimanapun, keaslian sketsa sepeda itu masih dipelihara dengan teguh oleh pengikut Profesor Augusto Marinoni, seorang ahli bahasa dan filogi. Ia dipercaya oleh Commisione Vinciana of Rome untuk menganalisis transkrip Codex Atlanticus milik Leonardo da Vinci.
Ada pula pengakuan Baron Karl van Drais asal Jerman pada tahun 1817 yang memperkenalkan Laufmashine atau sepeda berlari. Kini, masyarakat lebih mengenal sepeda itu dengan nama Draisienne. Sepeda tersebut hampir sepenuhnya terbuat dari kayu. Meski memiliki stang buat kemudi, sepeda ini tidak memiliki pedal. Jadi, pola pergerakan Draisienne sama seperti otopet atau skateboard.
Mengenal sejarah sungguh mengagumkan. Bagaimana kebudayaan manusia yang dari jaman purbakala bisa berkembang sampai sekarang, semua itu berkat hikmat yang diberikan Tuhan ke dalam otak manusia untuk berkarya. Karena Tuhan kita sendiri adalah Pencipta yang paling mengagumkan.***
Editor: denkur