Pemerintah Korea Utara dibuat geram oleh aksi provokasi yang kembali dilakukan para pembelot di Korea Selatan. Hal itu berkaitan dengan aksi menyebarkan selebaran berisi gambar suntingan istri pemimpin Korut, Kim Jong-un.
DARA| PYONGYANG- Pernyataan tersebut dikemukakan Duta Besar Rusia untuk Korea Utara, Alexander Matsegora. Dalam propaganda terbarunya para pembelot mencetak dan menduplikasi ratusan selebaran bertuliskan dan bergambar ibu negara Korut, RI Sol-ju.
Selebaran yang disebarkan menggunakan balon udara pada 31 Mei lalu, tersebut dianggap sebagai penghinaan dan memicu kemarahan besar di Pyongyang. Para pembelot dengan sengaja merekayasa foto Ri Sol-ju tengah berpose tidak pantas.
Ini pertama kalinya pembelot menyasar ibu negara sebagai objek propaganda. Pada 2013, mereka menyebarkan selebaran yang menyatakan istri Kim Jong-un telah membuat video porno.
“Selebaran itu berisi propaganda kotor dan menghina, yang ditujukan khusus pada istri pemimpin Korea Utara (Kim Jong-un),” kata Matsegora dikutip dari Dailymail, Rabu (1/7/2020).
Hubungan dua negara di Semenanjung Korea kembali memanas sejak bulan lalu menyusul penghancuran kantor penghubung due Korea pada 16 Juni. Adik perempuan Kim Jong-un, Kim Yo-jong, diklaim sebagai insiator aksi tersebut. Kim Yo-jong menyebut tindakan tersebut sebagai bentuk kekecewaan Pyongyang pada sikap Korsel yang tidak serius mencegah aksi propaganda para pembelot Korut.
Pascpanghancuran tersebut nama Kim Yo-jong jadi pembicaraan ramai, dia disebut tengah disiapkan sebagai pemimpin Korut berikutnya menggantikan sang kakak. Sebab dalam sejumlah kesempatan Kim Yo-jong kerap terlihat mendampigin Kim Jong-un termasuk saat bertemu dengan Donald Trump pada awal tahun lalu.
“Sama sekali tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa dia sedang dilatih untuk mengambil alih kepemimpinan.” Seperti dilansir Inews.id.
“Tidak ada yang berani menyebut diri mereka nomor dua di negara ini. Saya pikir jika Anda bertanya pada kawan Kim Yo-jong apakah dia nomor dua, dia akan menjawab dengan tegas ‘tidak’,” lanjut Matsogerat.
Hubungan dua Korea terhenti sejak gagalnya KTT denuklirisasi Korut antara presiden Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump awal tahun lalu di Hanoi, Vietnam. Pyongyang kemudian menarik diri dari program denuklirisasi meskipun berada dalam ancaman sanksi dari PBB.
Editor : Maji