Saat ini momentum yang sangat krusial, efek domino dari sikap PKB yang bereaksi terhadap penentuan pasangan calon bupati/wabup yang ditetapkan Golkar dalam perhelatan pilkada 2020 Kabupaten Bandung.
Bukan saja mengganggu keutuhan koalisi Golkar-PKB-Gerindra, namun juga berdampak luas terhadap konstelasi politik yang terjadi.
Koalisi PKS-Demokrat yang sudah lebih dulu dibangun cukup lama, terkena imbasnya. Komunikasi politik yang dilakukan PKB, Demokrat dan Nasdem baru-baru ini telah membangun kesepahaman untuk kemungkinan berkoalisi mengusung pasangan Dadang Supriatna-Sahrul Gunawan.
Golkar menyikapi hal ini dengan tenang, DN selaku Ketum Golkar Kabupaten Bandung mengakui belum ada pertemuan lanjutan dengan koalisinya dan dipastikan dalam waktu yang dekat akan dilakukan pembicaraan final untuk memastikan kemungkinan kelanjutan koalisi ini.
Memang momentum politik kali ini posisi kunci perubahan konstelasi politik jelang Pilkada Kabupaten Bandung ada ditangan PKB. Apabila akhirnya PKB kembali ke koalisi dengan Golkar, maka dengan sendirinya Demokrat-Nasdem tidak mungkin membangun koalisi, karena tidak memenuhi syarat (10 kursi).
Namun sebaliknya apabila PKB konsisten dengan sikap terakhirnya, maka posisi PKS menjadi menggantung dan hal ini kemungkinan membuka jalan bagi kelanjutan koalisi Golkar-PKS-Gerindra seperti pada koalisi pilkada 2015.
Bagaimana dengan PDIP-PAN atas dinamika politik yang berkembang saat ini? Biasanya partai besar sekaliber PDIP tentunya tidak akan tinggal diam.
Bagi publik ?. Hanya ada satu kalimat singkat, Sorak-sorak bergembira !!***
Penulis Dosen dan Pengamatan Politik Universitas Nurtanio