“Meskipun kondisi jembatan saat ini sudah rusak, namun warga maupun siswa sekolah yang akan belajar secara tatap muka masih tetap menggunakan akses jembatan tersebut. Pasalnya jembatan ini merupakan satu satu nya akses yang bisa digunakan warga,” kata Agus Suhandi.
DARA | CIANJUR – Ratusan siswa dan masyarakat di dua desa, yaitu Desa Hegarsari di Kecamatan Sindangbarang, dan Desa Wanasari di Kecamatan Agrabinta, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat harus bertaruh nyawa saat menyeberangi jembatan gantung yang ada di wilayah itu.
Jembatan gantung yang membentang sepanjang 100 meter di atas Sungai Cidahon, Kecamatan Sindangbarang itu kondisinya rusak parah.
Padahal jembatan yang baru selesai dibangun sekitar dua tahun lalu dengan menggunakan dana APBD Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan menelan anggaran sebesar Rp500 juta menjadi akses utama masyarakat saat beraktivitas sehari-hari.
Kondisi jembatan yang pembangunannya menelan biaya ratusan juta itu tampak mengalami rusak pada sejumlah bagian jembatan seperti tali kawat (Seling) dan pada bantalan jembatan yang mengalami keropos.
Kepala SMP Lugina, Kecamatan Sindangbarang, Agus Suhandi, mengatakan, para siswa dan juga masyarakat yang akan melakukan kegiatan sosial, baik sekolah maupun aktivitas perekonomian memanfaatkan jembatan itu sebagai akses utama mereka.
“Meskipun kondisi jembatan saat ini sudah rusak, namun warga maupun siswa sekolah yang akan belajar secara tatap muka masih tetap menggunakan akses jembatan tersebut. Pasalnya jembatan ini merupakan satu satu nya akses yang bisa digunakan warga,” kata Agus saat dihubungi via telepon seluler, Rabu (26/8/2020).
Agus mengungkapkan, sebelum berdirinya jembatan gantung itu. Masyarakat di dua desa yang ada di dua kecamatan itu terpaksa menggunakan rakit untuk dapat menyeberang Sungai Cidahon.
“Memang sebelumnya lebih mengkhawatirkan, siswa dan masyarakat setempat harus menyebrang menggunakan rakit. Bahkan ada juga siswa yang digendong oleh orangtuanya untuk dapat sampai di seberang sungai,” jelasnya.
Agus mengaku, khawatir dengan keselamatan para siswanya yang setiap hari mengakses jembatan itu untuk sampai di sekolah.
“Siswa terpaksa berangkat ke sekolah harus melewati jembatan gantung yang sudah keropos, karena tidak ada jalan lain. Kondisi ini membuat pihak sekolah khawatir dengan keselamatan mereka, karena sempat ada siswa yang jatuh akibat terpeleset,” ujarnya.
Agus dan juga warga lainnya berharap, pemerintah setempat segera melakukan perbaikan atau dibuatkan jembatan yang lebih kuat dan permanen.***
Editor: Muhammad Zein