Cuaca panas akhir-akhir ini terasa sangat menyengat. Bahkan, di daerah yang biasanya dingin, kini bisa mencapai lebih dari 30 derajat celsius pada siang hari. Apa penyebabnya?
DARA | BANDUNG – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan, berdasarkan penelitian yang dilakukan ada dua teori untuk menjelaskan penyebab kondisi cuaca bisa seperti itu.
Dikutip dara.co.id dari galamedianews.com, Senin 7 Sepetember 2020, Kepala Sub Bidang Peringatan Dini Iklim BMKG, Supari mengatakan, kedua teori itu sama-sama bertumpu pada pola kemarau tahun ini.
Teori pertama adalah karena kombinasi suhu yang tinggi dan kelembaban yang juga tinggi.
Berdasarkan data yang dimiliki BMKG, lanjut Supari, kemarau tahun ini menyebabkan suhu permukaan rata-rata di seluruh Indonesia menjadi lebih tinggi.
Selama Agustus, suhu udara bisa mencapai 24-27 derajat Celcius atau lebih tinggi satu derajat dari pada suhu normal.
Sementara itu kelembaban udara permukaan sepanjang Agustus, juga lebih lembab dari biasanya. Berkisar lima persen di atas kelembaban normal.
“Kondisi udara lembab dengan suhu tinggi menyebabkan udara terasa lebih gerah,” kata Supari.
Supari menyampaikan soal teori kedua, yakni adanya radiasi yang dilepaskan bumi terperangkap oleh awan di atmosfer paling bawah.
Kondisi itu terjadi akibat kemarau tahun ini di beberapa wilayah disertai dengan pertumbuhan awan yang relatif lebih banyak dibanding biasanya.
Menurutnya, hal itu juga ditandai dengan kondisi hujan di atas normal di sejumlah tempat.***
Editor: denkur