Bikin Heboh, Ini Dia Misteri Bunga Suweg yang Berasal dari Hutan Cidamar

Senin, 9 November 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

penemuan Bunga Suweg (Foto: Verawati/dara.co.id)

penemuan Bunga Suweg (Foto: Verawati/dara.co.id)

Heboh, ada bunga Suweg di Kampung Cikiara. Bunga itu menyerupai bunga bangkai. Jagat medsos pun dibuat buming, hingga akhirnya kampung itu dikunjungi banyak orang yang penasaran ingin melihat bunga aneh itu.


DARA | BANDUNG – Bunga Suweg itu tertanam di pekarangan rumah seorang warga Kampung Cikiara RT 01 RW 11 Warga Desa Bandasari, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Menurut anak pemilik rumah, Iman (28), tanaman Suweg tersebut bukan pertama kalinya tumbuh di pekarangan rumahnya. Ceritanya, beberapa tahun lalu ayahnya pernah membawa benih Suweg dari hutan di Cidamar, Cianjur. Lalu ditanam di pekarangan rumahnya.

“Jadi ini tuh memang ditanam. Bapak saya dulu bawa benihnya dari Cidamar. Awalnya banyak yang ditanam tapi nggak ada yang tumbuh, baru beberapa tahun kemudian mulai muncul bunganya,” kata Iman ketika ditemui di rumahnya, Senin (9/11/2020).

Iman menceritakan ia bersama bapaknya memang kerap bertandang ke hutan di Cidamar dan sering menemukan Suweg. Tanaman itu unik sehingga mereka pun tertarik membawa benihnya untuk ditanam di rumahnya.

“Bahkan kita pernah bawa bibit raflesia, itu bunga bangkai seperti di Jambi yang gede banget, tapi ternyata sama sekali nggak bisa tumbuh disini, mungkin kontur tanahnya nggak cocok,” tambahnya.

Menurut Iman, bunga Suweg akan tumbuh setelah dua tahun dari mulai ditanam. Namun, bunga tersebut hanya bisa bertahan mekar selama dua minggu. Pada saat sedang mekar, bunga tersebut memang mengeluarkan bau tidak sedap, tapi tidak begitu menyengat seperti raflesia yang pernah ditemukannya.

“Kalau ini masa tanamnya lama, dua tahunan, mekarnya cuma dua minggu. Bahkan, yang ini seminggu aja sudah mulai layu, soalnya musim hujan. Kalau lagi mekar sih bau, dikerubutin lalat sama serangga-serangga, tapi nggak terlalu bau seperti bunga bangkai raflesia sih,” jelasnya.

Bunga Suweg itu ternyata umbinya bisa dikonsumsi. Kata Iman, kalau bunga sudah layu, mereka lalu menggali umbinya menggunakan cangkul kemudian umbi tersebut diolah untuk dikonsumsi.

“Itu emang kayak kentang atau singkong gitu, umbinya besar bisa sampai tiga kiloan satunya, nanti dibawahnya itu bukan cuma satu, menjalar aja kayak umbi-umbian biasanya. Terus biasa kita olah di rebus atau di apain lagi lah, rasanya enak, pulen, seperti talas,” kata Iman.

Iman menyebutkan selain bisa dikonsumsi, bunga Suweg juga bisa dibuat obat, meskipun ia sendiri tidak tahu untuk obat apa, tapi memang pernah beberapa kali ada orang yang mencari dan mau membelinya untuk dijadikan obat.

Harga bunga tersebut juga ternyata cukup mahal, Iman mengatakan benih atau bibit bunga suweg dengan ukuran kecil sebesar kelereng gundu, harganya bisa mencapai Rp150.000 per bijinya.

“Emang mahal sih, mungkin karena langka, tapi kalau kita sih nggak akan jual, ada yang beli mahal juga,” ujarnya.

Meski terlihat menjanjikan, namun Iman tidak berniat untuk membudidayakan tanaman tersebut, karena masa tanam yang lama. Walaupun bisa dijadikan olahan makanan, tapi masa produksinya tidak bisa berlangsung setiap hari.

“Prospeknya mungkin bagus, tapi lama kan, sekali tanam harus nunggu dua tahun. Nggak bisalah kalau diproduksi, ini mah buat hiasan aja di pekarangan,” imbuhnya.

Walaupun ini bukan pertama kalinya bunga Suweg tumbuh di pekarangan rumahnya, tapi baru kali ini sampai membuat heboh warga bahkan sampai didatangi banyak orang.

“Dulu yang sebelum ini bahkan lebih besar tumbuhnya, tapi nggak heboh soalnya nggak ada yang posting di sosial media. Kalau sekarang kan apa-apa muncul di sosmed, jadi rame deh banyak yang datang dari mana-mana, katanya aneh, penasaran, kalau kita mah mangga aja,” pungkas Iman.

Sementara itu, Kepala Dusun Desa Bandasari, Ridwan Nurdin mengaku baru pertama kalinya mengetahui bahwa di rumah salah seorang warganya ada tanaman langka tersebut. Ia pun mengetahuinya dari postingan salah satu akun Facebook.

“Saya baru pertama kalinya sih tahu, ini cukup unik, nanti kita akan diskusikan siapa tahu bisa dibudidayakan, meskipun mekarnya dua tahun sekali, kan lumayan bisa jadi destinasi wisata nantinya,” ujar Ridwan.***

Editor: denkur

Berita Terkait

Diduga Gelapkan Dana Desa, Mantan Sekdes di Sukabumi Diciduk Polisi
Nataru, Wisatawan Bandung Barat Diprediksi Naik Sekitar 15 Persen
Meski Dikalahkan Vietnam, Erick Thohir Memuji Mental Pemain Muda Indonesia
Banjir Rob Subang Merendam Empat Desa, Bey Temui Warga Terdampak
Pelantikan 11 Bupati dan Walikota di Jabar Berpotensi Mundur, Ini Penyebabnya
Alfath Alima-Maheswara dari Kota Bogor Juara Moka Jabar 2024
Juara Mojang Jajaka, Benny Bachtiar: Mereka Jadi Duta Pariwisata dan Budaya Jabar
Prakiraan Cuaca Bandung, Senin 16 Desember 2024
Berita ini 126 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 16 Desember 2024 - 17:13 WIB

Diduga Gelapkan Dana Desa, Mantan Sekdes di Sukabumi Diciduk Polisi

Senin, 16 Desember 2024 - 16:16 WIB

Nataru, Wisatawan Bandung Barat Diprediksi Naik Sekitar 15 Persen

Senin, 16 Desember 2024 - 11:52 WIB

Banjir Rob Subang Merendam Empat Desa, Bey Temui Warga Terdampak

Senin, 16 Desember 2024 - 11:36 WIB

Pelantikan 11 Bupati dan Walikota di Jabar Berpotensi Mundur, Ini Penyebabnya

Senin, 16 Desember 2024 - 11:03 WIB

Alfath Alima-Maheswara dari Kota Bogor Juara Moka Jabar 2024

Berita Terbaru

Kepala Dimas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) KBB, Panji Hernawan

BANDUNG UPDATE

Nataru, Wisatawan Bandung Barat Diprediksi Naik Sekitar 15 Persen

Senin, 16 Des 2024 - 16:16 WIB