Sebanyak 163 santri dan pengurus Pondok Pesantren Cipari di Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut yang sebelumnya menjalani isolasi karena terpapar Covid-19, saat ini sudah dinyatakan sembuh.
DARA | GARUT – Nasrul Fuad, Juru bicara pesantren, menyebutkan, dari 163 santri dan pengurus yang terkonfirmasi positif Covid-19, seluruhnya telah dinyatakan sehat setelah melalui massa isolasi selama 10 hari, dan sudah diperbolehkan kembali pulang ke rumah masing-masing.
“Dari total 163 orang, semua sudah dinyatakan selesai isolasi. Mereka pulang ke rumah masing-masing melalui puskesmas,” ujarnya, Selasa (10/11/2020).
Nasrul menyebutkan, gelombang pertama santri dipulangkan pada Senin (2/11/2020) sebanyak 81 santri. Sedangkan gelombang kedua pada Selasa (3/11/2020) sebanyak 33 santri dipulangkan. Dan terakhir, pada Jumat (6/11/2020) dipulangkan sebanyak 49 santri dan pengurus.
Menurut Nasrul, selain yang menjalani isolasi, para santri yang sehat dan menjalani karantina di pesantren juga telah dipulangkan semuanya. Untuk para santri putra sudah dipulangkan sejak pekan lalu. Sementara santri putri dipulangkan pada Rabu (4/11/2020).
“Sekarang semuanya masih dalam masa karantina mandiri di rumah masing-masing selama empat hari,” ucapnya.
Nasrul menuturkan, saat ini kegiatan di lingkungan pesantren dihentikan dulu sementara waktu. Meski begitu, para santri akan tetap diberi materi pelajaran dengan melalui pembelajaran jarak jauh secara daring (online), baik untuk madrasah maupun pesantren.
Ia menyebut, hal itu tersebut dilakukan untuk menetralisir lingkungan pesantren dari penyebaran Covid-19, disamping juga melakukan perbaikan sarana dan prasarana yang ada.
“Jadi untuk kegiatan di pesantren kita hentikan dulu, apakah sampai akhir November atau Desember sudah bisa masuk. Nanti pemberitahuan lebih lanjut akan kita umumkan,” ujarnya.
Meski belum menentukan kapan waktu kegiatan di pesantren akan mulai dilakukan, namun menurut Nasrul, pihaknya telah menyiapkan sejumlah kebijakan dalam mengantisipasi penyebaran Covid-19 di lingkungan pesantren untuk kedua kalinya.
Menurut Nasrul, kebijakan pertama yang mungkin akan dilakukan, yakni masuknya para santri akan secara bertahap, mulai dari 25 persen, 50 persen, baru semuanya.
Sedangkan untuk rencana kedua, lanjut Nasrul, yaitu dilakukan sistem belajar secara bergilir. Misalnya, santri tingkat awal akan masuk terlebih dahulu dalam beberapa waktu. Setelah itu, baru kemudian secara bergantian dengan santri tingkat lainnya.
“Dan rencana ketiga, santri akan langsung semuanya. Namun kemungkinan kita gunakan plan A atau plan B,” ujarnya.
Diungkapkan Nasrul, untuk mencegah timbulnya klaster lagi, pihaknya juga akan lebih mengetatkan penerapan protokol kesehatan saat santri kembali diperbolehkan ke pesantren. Selain itu, kunjungan orang tua juga akan sangat dibatasi, termasuk mobilitas pedagang dan interaksi santri dengan masyarakat sekitar, akan sangat diawasi.
“Memang, pesantren itu memiliki tingkat risiko yang tinggi dalam pemyebaran Covid-19. Karena mobilitas luar biasa. Itu penerapan protokol kesehatannya yang harus ditingkatkan,” katanya.***
Editor: denkur