Para petani sayuran di Desa Tribaktimulya Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mengeluhkan anjloknya harga sayuran di masa pandemi covid-19 ini.
DARA | BANDUNG – Sebagai petani, Yayah (50) bingung. Pasalnya, selama masa pandemi kondisinya terpuruk. Harga sayuran selalu tidak stabil.
“Harga-harga itu anjlok, murah sekali, kol, wortel, tomat, dan cabe semuanya murah. Bahkan, sempet harga tomat Rp500, kol Rp200, dan cabe Rp4.000 sepanjang corona ini,” keluh Yayah, Rabu (11/11/2020).
Yayah menjelaskan, harga sayuran menjadi anjlok karena daya beli masyarakat menurun selama pandemi ini. Akibatnya para bandar pun merugi. Setelah mengangkut sayuran dari petani untuk diantar ke pasar ternyata disana sayuran malah menumpuk dan busuk.
“Karena corona, jadi enggak ada yang beli, di pasarnya juga sepi jadi menumpuk aja akhirnya busuk, ada yang dibawa lagi oleh bandar, ujung-ujungnya dibuang,” jelas Yayah.
Dengan kondisi yang terus menerus seperti itu, akhirnya kebanyakan petani memutuskan untuk tidak memanen sayurannya karena para bandar pun mengurangi harga beli ke petani.
“Lebih baik dibiarin aja, dipalaburkeun, rugi-rugi juga kan?” ungkapnya.
Saat ini, Yayah mengatakan harga cabe dan tomat sudah mulai naik, tomat Rp. 700, sementara cabe Rp15.000, namun itu juga masih turun naik setiap harinya.
Selain anjloknya harga hasil pertanian, petani juga mengeluhkan harga pupuk yang mahal dan langka. Yayah sendiri mengaku selama ini belum pernah membeli pupuk bersubsidi karena aturannya yang cukup ribet. Ia dan rekan-rekannya memilih membeli pupuk dan obat-obatan non subsidi untuk tanaman mereka.
“Pupuk sama obat itu juga langka, harganya mahal. Saya fikir kalaupun harga mahal tapi barangnya ada sih mungkin nggak masalah, tapi ini jadinya kan percuma, kita punya uang tapi barangnya nggak ada,” ujarnya.
Kelangkaan pupuk dan obat cukup berpengaruh pada pertanian. Petani harus menunggu sampai pupuk tersedia kalau akan menanam, hal tersebut membuat pola tanam jadi tidak teratur.
“Sebagai petani kecil mah ya katurug katutuh (sudah jatuh tertimpa tangga), udah harga murah, pupuk sama obat nggak ada, jadi bingung,” katanya.
Ia pun berharap agar pandemi covid-19 cepat berakhir dan pemerintah pun segera turun tangan untuk menstabilkan perekonomian para petani.***
Editor: denkur