Stok pangan di Kota Bandung aman hingga akhir tahun ini, terutama ketersediaan beras, sehingga harga kebutuhan pokok diprediksi relatif normal.
DARA | BANDUNG – “Saat ini dan beberapa waktu ke depan ketersediaan pangan relatif aman dan cukup. Bahkan, hingga akhir tahun, terutama ketersediaan beras,” ujar Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar, di Balai Kota Bandung, Selasa (17/11/2020).
Menurutnya, kebutuhan pangan di Kota Bandung cukup tinggi. Namun, pandemi Covid-19 ini memengaruhi pasokan dan distribusi pangan di Kota Bandung. Hal itu diduga terdampak menurunnya daya beli masyarakat.
Komoditas pangan seperti beras, daging (sapi dan ayam), telur, ikan dan olahannya, sayur mayur, serta buah-buahan dipasok dari luar Kota Bandung. Sedangkan beras sebagian besar masih dipasok dari wilayah Jawa Barat. Telur mayoritas dipasok wilayah Blitar dan Priangan Timur.
Menurut Gin Gin, secara geografis Kota Bandung memang menguntungkan. Meski tidak memiliki lahan pertanian, Kota Bandung adalah kota kolektif-distributif.
“Secara alamiah produsen mendatangi Kota Bandung. Bukan hanya untuk kebutuhan Kota Bandung, tetapi untuk mendistribusikannya kembali ke daerah lainnya,” ujarnya.
Supaya tak tergantung pada daerah lain, Gin Gin menekankan, Pemerintah Kota Bandung memiliki program yang dinamakan Buruan SAE. Buruan yang berarti halaman dan SAE merupakan singkatan dari sehat, alami, dan ekonomis.
Program ini urban farming yang terintegrasi yang bertujuan untuk menanggulangi ketimpangan permasalahan pangan melalui pemanfaatan pekarangan atau lahan yang ada dengan berkebun.
Sejauh ini, Program Buruan SAE yang dimulai di akhir 2019 ini telah mencapai 128 titik yang tersebar di 151 kelurahan yang ada di Kota Bandung.
“Program ini akan terus kita kembangkan dan kita dorong agar Buruan SAE ini menjadi sebuah budaya yang melekat di masyarakat. Sehingga ketahanan pangan di Kota Bandung terus aman,” tandas Gin Gin.***
Editor: denkur