Puluhan tenaga kesehatan (nakes) dari sejumlah puskesmas dan rumah sakit di Garut dilaporkan terpapar Covid-19. Saat ini sedang menjalani isolasi dan perawatan.
DARA – Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut, dr Leli Yuliani, mengatakan, sedikitnya ada 50 orang nakes yang saat ini tengah menjalani isolasi dan perawatan. Satu diantaranya diketahui meninggal dunia.
“Ada sekitar 23 orang nakes yang bertugas di puskesmas terkonfirmasi positif Covid-19. Kalau yang dari RSUD dr Slamet sekitar 30-an,” ujarnya, Minggu kemarin (10/1/2021).
Leli menyebutkan, beberapa dari nakes yang dinyatakan positif Covid-19 tersebut melakukan isolasi mandiri di rumahnya masing-masing kalau memenuhi persyaratan.
Namun, secara umum mayoritas para nakes itu menjalani isolasi di tempat yang sudah disiapkan pemerintah.
Menurut Leli, dari puluhan nakes yang terpapar virus corona itu salah satunya diketahui meninggal dunia, yakni seorang bidan yang bertugas di salah satu puskesmas di Kecamatan Cigedug.
“Untuk yang meninggal, didiagnosa awalnya tifoid dan tidak ada penyakit penyerta. Tifoidnya positif, ternyata setelah di swab hasilnya positif. Meninggalnya saat isolasi mandiri karena memang kemarin itu kindisinya sudah membaik,” ujarnya.
Diungkapkan Leli, dengan banyaknya nakes yang terpapar Covid-19, membuat layanan kesehatan pun menjadi sedikit terganggu, termasuk di RSUD dr Slamet Garut. Pelayanan di RSUD dr Slamet Garut saat ini menjadi dibatasi.
Menurut Leli, terganggunya pelayanan tersebut bukan hanya karena nakes yang positif saja, namun juga karena yang pernah kontak erat pun harus di karantina.
“Memang pelayanan terhadap masyarakat sedikit terganggu, yang positif jelas isolasi, yang kontak erat juga harus karantina, yang tadinya tim full jadi berkurang,” katanya.
Leli menambahkan, saat ini sulit terdeteksi dari mana para nakes itu bisa terpapar, karena tidak semua pasien yang dilayani akan diperiksa Covid-19. Para nakes tahu dirinya terpapar karena merasakan gejala Covid dan saat dilakukan swab hasilnya positif.
“Jadi terpaparnya itu susah dideteksi dari mana, bisa saja dari pasien atau juga dari luar,” ujarnya.***
Editor: denkur