Asosiasi Pedagang Pasar Soreang (APPS) berharap pelaksanaan revitalisasi Pasar Soreang bisa membuat pasar tradisional mampu bersaing dengan pasar modern.
DARA – Hal tersebut diungkapkan Bidang Organisasi Asosiasi Pedagang Pasar Soreang (APPS), Arif Ginanjar.
“Nanti fasilitas yang disediakan, ya keinginannya harus yang ber SNI. Jadi fasilitasnya memadai seperti ada mesjid dan lain sebagainya, yang bisa menunjang kebutuhan pasar,” ujar Arif saat wawancara di Pasar Soreang, Selasa (26/1/2021).
Pembangunan Pasar Soreang tersebut ditargetkan rampung pada awal tahun 2022.
Kata Arif, blok 2 Pasar Soreang sudah hampir rampung dibangun, sehingga tahap selanjutnya adalah pembagian kunci kios.
“Ketika pembangunan awal, itu kan ada verifikasi yang fungsinya untuk menawarkan bagi pedagang yang eksis dipasar untuk mengambil kios, dan untuk kaki lima juga disediakan meja. Jika ada pedagang yang tidak berminat kemudian mengundurkan diri, maka itu bukan kesalahan daripada asosiasi, karena pedagang tersebut sudah tidak minat untuk mengambil kios,” sambungnya.
Arif mengungkapkan jumlah total kios yang dibangun berdasarkan data dari pengembang adalah sekitar 1.400 an. Namun, untuk pembangunan tahap awal baru ada 944 yang terdiri dari kios dan meja.
Kemudian agar pedagang tetap bisa menjalankan aktivitasnya, meski ada proses pembongkaran lapak, pihaknya menyiapkan Tempat Penampungan Berdagang Sementara (TPBS) sebanyak 480 unit. Jumlah tersebut, kata Arif, untuk mengakomodir pedagang yang memiliki legalitas.
“Kecuali pedagang yang tidak memiliki legalitas, itu tidak diprioritaskan. Tapi itu kami serahkan kembali kepada pengembang dalam hal pelaksanaannya, dapat diakomodir ya itu kebijakan pengembang,” ujar Arif.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Bandung, Marlan mengatakan revitalisasi Pasar Soreang sudah berjalan selama delapan bulan. Adapun proses pembangunannya dilakukan secara bertahap, jadi tidak bisa sekaligus.
“Kemarin tahapannya kita mau memindahkan pedagang ke Tempat Penampungan Berdagang Sementara (TPBS). Sehingga nanti pedagang yang sudah pindah itu, akan dibongkar lapaknya. Kemudian, kita bangun tahap selanjutnya,” ujar Marlan.
Saat proses pembongkaran lapak tersebut, selain menyediakan TPBS, Marlan juga mempersilahkan para pedagang basah, seperti pedagang ikan, untuk menempati Pasar Ikan Modern (PIM).
“Kalau memang tempatnya terbatas, kita memberikan tempat di PIM, itu kan sewa lapaknya murah, dan disana masih ada lahan yang bisa dipakai. Kita juga sudah koordinasi dengan pengelola PIM, bahwa itu bisa digunakan juga untuk pedagang yang ada di Soreang untuk sementara, tapi kalau nantinya mereka betah disana, ya tidak masalah,” tutur Marlan.
Dengan adanya revitalisasi Pasar Soreang tersebut, pihaknya berharap bisa menjadi pioner pasar sehat yang ada di Kabupaten Bandung. Artinya lebih tertata dengan baik, apalagi luas lahan Pasar Soreang ini lebih besar dari Pasar Cicalengka.
“Jadi nanti ada keterpaduan juga antara pasar dengan terminalnya. Karena nanti Terminal Soreang juga akan diperluas lahannya yaitu kita tambah 2.000 meter dari yang lahan sekarang ada. Sehingga diharapkan tidak terjadi lagi kemacetan di sekitar pasarnya,” ungkap Marlan.
Terkait dengan proses pembongkaran kios, kata Marlan, tidak ada pedagang yang komplen. Pihaknya juga sudah berkomunikasi dengan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang ada di Terminal Soreang, yang tidak masuk Pasar Soreang. Jika PKL tersebut memang ingin pindah, maka pihaknya akan memberikan lahan.
“Supaya nanti pada saat pelaksanaan kegiatan itu terminal juga bisa dibereskan, supaya bisa tertib. Karena di terminal ada 22 PKL, akan coba kita akomodir di TPBS. Agar di terminal tidak ada lagi yang berdagang, tapi betul-betul digunakan untuk keluar masuknya angkutan umum,” pungkas Marlan.***
Editor: denkur