Longsor dan pergerakan tanah yang menerjang Desa Batulawang, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat membuat akses jalan di kawasan itu terputus.
DARA – Terputusnya akses jalan di wilayah itu membuat warga di dua kampung di Desa Batulawang terisolir sejak dua pekan terakhir.
Warga yang tinggal di Kampung Tajur dan Garung itu pun terpaksa menggunakan jalan setapak dan pematang sawah untuk beraktivitas.
Bahkan, sejumlah warga terlihat meniti tepian tebing yang telah tergerus untuk melintas.
Selain itu, warga juga ada yang tetap memaksakan diri melewati jalan yang rusak tersebut kendati kondisi tanahnya masih labil.
“Mau bagaimana lagi, soalnya ini jalan utama warga untuk bepergian,” kata Isah (55) warga Kampung Garung kepada wartawan, Kamis (25/2/2021).
Isah menyebutkan, saat ini kondisi jalan sudah tidak bisa dilalui kendaraan, sehingga warga yang terdampak terpaksa harus jalan kaki jika ingin bepergian ke luar kampung.
“Motornya disimpan di sana lalu disambung lagi di sini, karena tidak bisa dilalui lagi jalannya,” ujarnya.
Menurutnya, warga sebenarnya bisa menggunakan jalur alternatif lewat Parukoteng. Namun, kondisinya tak lebih baik.
“Jaraknya juga jauh karena harus memutar. Jalannya juga sempit, tidak bisa berpapasan kalau pakai motor,” kata Isah.
Selain menghambat aktivitas warga, sambung Eneng (25), warga juga mengalami kesulitan untuk mendistribusikan hasil bumi.
Eneng berharap pemerintah segera memperbaiki kondisi jalan agar warga bisa kembali beraktivitas dengan normal.
“Mudah-mudahan saja segera diperbaiki jalannya. Soalnya, sudah dua minggu kondisinya seperti ini,” ujar Eneng.
Sementara itu, Kepala Desa Batulawang Nanang Rohendi menyebutkan, lokasi jalan yang rusak akibat ambles dan tergerus material longsor itu berada di Kampung Sindanglangu.
“Warga yang terdampak, yang biasa mengakses jalan itu ada seribuan lebih. Saat ini, mereka bisa dibilang terisolasi,” kata Nanang.
Selain merusak jalan, sambung Nanang, pergerakan tanah juga berdampak terhadap belasan rumah.
“Kalau warga yang tinggal di dekat lokasi jalan ambles kondisinya terancam. Beberapa sudah terdampak. Termasuk ada areal pesawahan yang juga terdampak. Sejauh ini, ada 6 hektare yang terancam fuso atau gagal panen,” ujarnya.
Nanang menuturkan, pergerakan tanah dipicu curah hujan yang tinggi. “Ini bukan kejadian yang pertama, dua tahun lalu juga pernah terjadi. Namun, ini yang paling parah,” tandasnya.***
Editor: denkur