Saat mengalami peristiwa Isra Miraj diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW bersama Malaikat Jibril mengendarai makhluk bernama buraq. Apa itu?
Digambarkan beberapa hadis dan literatur, buraq memiliki kecepatan seperti kilat. Bahkan, tidak dapat dijangkau akal, sehingga buraq termasuk salah satu tanda kebesaran Allah SWT.
Seperti dikutip dara.co.id dari Republika, buraq berasal dari kata barqu yang memiliki arti kilat. Namun, penggantian istilah dari barqu yang berarti kilat menjadi buraq tersebut jelas mengandung pengertian yang berbeda.
Jika barqu itu adalah kilat, maka Buraq dapat diasumsikan sebagai sesuatu kendaraan yang kecepatannya diatas kilat atau sesuatu yang kecepatannya melebihi gerakan cahaya.
Istilah barqu yang berarti kilat tersebut bisa ditemukan dalam beberapa surah dalam Alquran. Salah satunya yaitu di dalam surat al-Baqarah ayat 20:
يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ ۖ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu) menyinari, mereka berjalan di bawah (sinar) itu, dan apabila gelap menerpa mereka, mereka berhenti. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia hilangkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sungguh, Allah Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah [2: 20]).
Melihat penamaan makhluk tersebut, Nabi Muhammad SAW seakan hendak menyampaikan kepada kita bahwa kendaraannya tersebut memang memiliki kecepatan di atas sinar. Suatu kendaraan dengan kecepatan yang sangat jauh meninggalkan teknologi yang ada hingga sampai saat ini.
Para sarjana telah melakukan penyelidikan atau penelitian. Mereka berkesimpulan bahwa kilat atau sinar dapat bergerak sejauh 186.000 mil atau 300 kilometer per detik. Dengan penyelidikan yang memakai sistem paralaks, diketahui pula jarak matahari dari bumi sekitar 93.000.000 mil, dan dilintasi oleh sinar dalam waktu delapan menit.
Menurut pikiran kita sehari-hari yang tetap di bumi, jarak seperti itu tidak mungkin dicapai hanya dalam beberapa saat dengan buraq. Sebab, menerobos garis tengah alam semesta saja membutuhkan 10 miliar tahun cahaya melalui galaksi atau fosil alam semesta. Namun, terlepas dari irasionalitasnya, peristiwa tersebut harus tetap dipercaya oleh umat Islam.
Masih dikutip dari Republika, terkait dengan bentuk buraq, dalam hadits diriwayatkan Imam Muslim yang bersumber dari sahabat Anas bin Malik dijelaskan bahwa Nabi SAW bersabda, “Bawalah kepadaku buraq, yaitu binatang (dabbah) yang berwarna putih (abyadh). ), bertubuh panjang (thawil), lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari keledai, dan begitu dia menginjakkan kaki, kakinya bergerak sejauh mata memandang. ” (Kitab al-Jami ‘al-Sahih juz I, hal 99).
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Anas, Nabi menjelaskan bahwa buraq adalah dabbah . Menurut tafsir bahasa Arab, dabbah adalah makhluk hidup jasmani, bisa berjenis kelamin laki-laki atau perempuan, cerdas dan juga tidak rasional. Penafsiran ini menunjukkan bahwa kita tidak dapat menentukan jenis kelamin hewan, seperti halnya para malaikat.
Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga bersabda, “Jibril mendatangiku dengan membawa hewan yang tinggi di atas keledai dan di bawah keledai, lalu Jibril mengangkatku di atas hewan itu lalu bergerak bersama kami. Di hadapannya, dan setiap kali miliknya kaki depan turun sejajar dengan kaki belakangnya. “
Berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW dan beberapa literatur, dapat disimpulkan bahwa buraq adalah hewan berbulu putih, badan panjang, lebih tinggi dari keledai dan lebih kecil dari bagal, telinga bergelombang atau bergerigi, berkecepatan seperti kilat, memiliki empat kaki. Jika menanjak, kedua kaki belakang sejajar dengan kedua kaki depan. Jika turun, kedua kaki depan sejajar dengan kedua kaki belakang.
Terlepas dari kecepatan dan bentuk buraq, peristiwa Isra Mi’raj telah menunjukkan kebesaran Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Surat al-Isra ‘ayat 1 yang berarti, “Suci (Allah) yang telah melakukan perjalanan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjid Al-Aqsa yang telah Kami berkati di sekitarnya sehingga Kami tunjukkan dia beberapa tanda- Tanda kita. Sesungguhnya Dia adalah Yang Mendengar, yang Melihat.***
Editor: denkur | Sumber: republika