Seni pertunjukan juga kena dampak pandemi covid-19. Adanya larangan kerumunan membuat banyak event yang melibatkan para pelaku seni kehilangan kesempatan manggung.
DARA – Akibatnya, selama masa pandemi covid para seniman banyak yang kehilangan event. Mereka tak bisa lagi melakukan pertunjukan karena ruang-ruang publik sementara ditutup demi alasan keamanan kesehatan.
Dampak terbesarnya, hal ini merambah ke sektor ekonomi, dimana para seniman kehilangan pendapatan. Di sisi lain, para seniman tidak terbiasa untuk menjadikan dirinya sebagai obyek penerima bantuan sosial.
“Pemerintah harus segera turun tangan, karena selain berdampak terhadap daya beli masyarakat, saya menduga indeks kebahagian masyarakat pun menurun karena hiburan-hiburan yang biasa didapat dengan mudah jadi agak terganggu dengan pandemi ini,” ujar salah seorang tokoh pecinta seni budaya, Ahmad Najib Qodratullah melalui sambungan telepon, Sabtu (13/3/2021).
Najib, sapaan akrab pria yang juga menjabat sebagai anggota Komisi XI DPR RI itu mengatakan jalan keluar agar pertunjukan seni kembali bisa di gelar adalah menetapkan protokol kesehatan sebagai syarat utama dalam penyelenggaraan seni pertunjukan.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk kembali menghidupkan seni pertunjukan, salah satunya bekerja sama dengan lembaga-lembaga pemerintah dalam upaya sosialisasi program.
Seperti yang saat ini tengah dilakukannya, demi kecintaannya pada seni budaya, ia pun menggandeng lembaga yang memiliki program sosial yang bisa dimanfaatkan untuk membangkitkan kembali para seniman agar kembali hidup.
Melalui program sosial Bank Indonesia, ia berupaya melakukan terobosan-terobosan agar seni pertunjukan bisa kembali digelar yaitu dengan membuat pertunjukan yang ditonton secara virtual. Namun tetap dengan melalui protokol kesehatan yang ketat.
“Terpenting yaitu kedisiplinan terhadap protokol kesehatan. Memakai masker, menjaga jarak, swab antigen, cuci tangan dan yang lebih penting ditonton secara live/virtual menggunakan aplikasi internet yang tersedia,” ujarnya.
Najib berharap kerjasama kemitraan semacam itu harus dikembangkan seiring waktu dan inovasi tekhnologi agar seni pertunjukan bisa ikut bangkit.
Walaupun ia mengakui bahwa pertunjukan seni secara virtual kadang terkendala jaringan internet, namun baginya itu bukan alasan untuk menyerah, setiap pihak harus terus berupaya untuk mencari solusi.
Menurutnya, seni itu bisa dikatakan borderless, sehingga tidak ada batasan teritorial sepanjang memenuhi aspek kesusilaan dan minat dari khalayak.
Jadi darimana pun seni dipertunjukan hal itu tidak menyalahi aturan, hanya idealnya lebih diprioritaskan kesenian-kesenian lokal. Selain dalam upaya pelestarian, tentu bisa membantu mengerakan sektor-sektor lain seperti parawisata dan sebagainya.
“Nah kalau bukan kita yang menjaga kelestarian lalu siapa? kan begitu,” pungkasnya.***
Editor: denkur