“Dari dulu sopan santun dan nurut sama kedua orang tua, banyak yang sayang sama almarhumah,” ujar Karim, seraya tetap tegar.
DARA|CIANJUR– Isak tangis keluarga pecah saat jenazah Neng Imas Mulyani (42) yang tewas di bunuh suaminya sendiri tiba di rumah duka setelah menjalani otopsi di RSUD Sayang Cianjur, Jawa Barat, Selasa (25/5/2021).
Dengan menggunakan mobil ambulan milik Desa Mekarwangi Kecamatan Haurwangi, jenazah ibu dua anak yang berprofesi perawat berstatus ASN di Puskesmas Mande yang tiba di rumah duka di Kampung Pasir Waru, Desa Mekarwangi, Kecamatan Haurwangi itu langsung disambut keluarga dan masyarakat sekitar.
Setiba di rumah duka, jenazah perawat yang dikenal ramah dan baik itu langsung dibawa untuk dimakamkan di tempat pemakaman umum yang tak jauh dari kediamannya.
Tangisan histeris pecah saat jenazah akan dimasukan ke liang lahat. Anak bungsu almarhumah yang masih duduk di bangku kelas 6 SD menangis menjadi-jadi atas kepergian ibu yang sangat dicintainya.
Hanya pesan terakhir yang diingatnya sehari sebelum ibu kandungnya tewas di tangan ayahnya sendiri Kusnadi Jaelani (60) yang kini tengah mendekam di tahanan Polsek Bojongpicung.
Karim Mulyana (69), ayah korban mengaku sangat kehilangan dengan sosok anak perempuannya yang dikenal baik, dan ramah serta sopan terhadap orang tua.
“Dari dulu sopan santun dan nurut sama kedua orang tua, banyak yang sayang sama almarhumah,” ujar Karim, seraya tetap tegar.
Kini, sosok yang dicintai keluarga dan masyarakat harus kembali kepada Yang Maha Kuasa. Jasa dan segala kebaikannya menjadi kenangan bagi masyarakat sekitar.
“Sedih sekali, terlebih yang suka membantu masyarakat yang tidak ada biaya untuk berobat. Semoga neng tenang disana dan diterima disisiNYA,” ucapnya.
Sementara itu, Uus Mulyadi (48), kakak kandung Neng Imas Mulyani (42), menjelaskan, adiknya sudah menikah lebih dari 18 tahun dengan tersangka. Menurut dia, pelaku yang kerjanya serabutan itu selalu cemburu kepada korban.
“Saking cemburu, pelaku tidak mau melihat adik saya bergaul dengan orang lain. Padahal profesi sebagai perawat kan tugasnya melayani siapa pun,” ujar Uus.
Uus mengatakan, pernikahan korban dengan tersangka sebelummya tidak direstui orang tua. Sebab, lelaki asal Grobogan, Jawa Timur, itu dianggap terlalu tua sebagai pasangan.
“Tersangka menikahi adik saya dengan status duda punya anak. Karena orang tua tak merestui, saya yang menjadi wali nikah waktu itu,” kata Uus.
Masih menurut Uus, pelaku sebelumnya sempat bekerja sebagai juru tagih sebuah koperasi simpan pinjam. Namun, profesi tersebut hanya dijalani sebentar.
“Sekitar satu tahun, setelah itu nganggur. Sempat ditawari bantu-bantu di tempat praktek klinik khitanan milik bapak saya (mertua tersangka), tapi dia menolak,” sambung Uus.
Uus menambahkan, pelaku sempat 3 kali melakukan ancaman dengan membawa senjata tajam sejenis clurit. Namun, aksinya bisa digagalkan.
“Terakhir dia datang saat yang lain sedang salat subuh. Dia mendatangi adik saya dan langsung menusuk dada tembus hingga kena organ dalam,” tutur Uus.
Editor : Maji