PT Pertamina (Persero) dan Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Garut membantah adanya kelangkaan gas subsidi di masyarakat, terutama di wilayah selatan Garut.
DARA – Sales Branch Manager Rayon V Bandung PT Pertamina, Risal Arsyad, mengatakan pihaknya bersama Hiswana Migas Garut sudah terjun langsung ke lapangan untuk memastikan apa yang dikeluhkan masyarakat melalui media massa itu.
“Tidak ada kelangkaan, berdasarkan data masih sangat mencukupi, dalam satu wilayah itu banyak agennya,” ujar Risal, didampingi Humas Hiswana Migas garut, Evi Hartaz Alvian di Kantor Hiswanamigas Garut, Jalan Otista, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Rabu (9/6/2021).
Risal menyebutkan, salah satu contoh daerah yang dilaporkan adanya kelangkaan gas subsidi yaitu di Kecamatan Cisompet wilayah Garut Selatan. Namun, setelah dicek ke lapangan ternyata gas 3 kg itu masih tersedia di setiap agen dan pangkalan.
Menurut Risal, Kecamatan Cisompet mendapatkan jatah pasokan gas subsidi sebanyak 19.290 tabung per bulan, sedangkan kebutuhan untuk masyarakat miskin kurang lebih 3.800 tabung untuk kebutuhan rumah tangganya selama kurang lebih sepekan.
Dengan data pasokan sebanyak 19.290 tabung itu, kata Risal, artinya masyarakat di Cisompet masih bisa membeli tiga sampai empat kali gas subsidi dalam satu bulan.
Risal menuturkan, PT Pertamina selalu memprioritaskan pasokan untuk wilayah selatan Garut agar tidak terjadi kelangkaan di masyarakat. Jika terjadi kelangkaan, maka PT Pertamina sudah siap untuk menambah stok. Namun, selama ini tidak pernah ada kelangkaan stok gas subsidi di pasaran.
Risal mengatakan, adanya laporan masyarakat yang sulit mendapatkan gas subsidi dan adanya agen yang kekurangan stok gas melon itu kasusnya hanya di satu tempat dan satu agen, sehingga tidak bisa disebut secara keseluruhan langka.
Sedangkan di satu wilayah itu banyak agen dan pangkalan gas subsidi yang dapat menjaga ketersediaan gas di pasaran, sehingga masyarakat tidak sulit untuk mendapatkannya.
“Ada agen lain yang masuk ke Cisompet, dan masih banyak stoknya, setiap tahunnya ada penambahan dan kita arahkan ke selatan,” katanya.
Humas Hiswana Migas Garut, Evi Hartaz Alvian, menambahkan setiap hari tim dari Hiswana Migas memantau pendistribusian dan ketersediaan gas di lapangan untuk memastikan kebutuhan gas subsidi bagi masyarakat miskin terpenuhi.
Terkait keluhan warga sulit mendapatkan gas sehingga menggunakan kayu bakar, kata Evi, itu bukan karena sulit membeli gas, tapi ada kebiasaan warga yang memanfaatkan kayu sisa di sekitar rumahnya untuk dijadikan sebagai bahan bakar alternatif.
“Jadi perlu kita ketahui, di selatan itu masih ada warga yang memanfaatkan kayu bakar untuk memasak, jadi bukan karena tidak ada gas,” ujarnya.
Menurut Evi, masyarakat Garut seperti yang terjadi di wilayah selatan biasa membeli gas cukup dua sampai tiga tabung dari kebutuhan normalnya empat tabung dalam satu bulan, sisanya mereka memanfaatkan kayu bakar untuk memasak.
Alasan warga itu, kata Evi, untuk menghemat pengeluaran uang, dengan mengalihkan pembelian dari yang seharusnya untuk membeli gas dialihkan membeli kebutuhan pokok seperti beras dan sebagainya.
“Apalagi di selatan Garut itu seperti daerah perkebunan di sekitar rumahnya masih banyak kayu bakar untuk alternatif bahan bakar, jadi bisa menghemat pemakaian gas,” ujarnya.
Evi menyebutkan, di Kecamatan Cisompet ada sebanyak 18 pangkalan dengan alokasi 19.290 tabung. Sementara penduduk Cisompet sekitar 49.000 dengan jumlah kepala keluarga (KK) 14.000.
“Jika di Cisompet itu jumlah KK 14.000, dengan jumlah pra sejahtera 20 persen yaitu 2.800, keperluan gas perbulan 4 tabung. Jika 2.800 dikali 4 sama dengan 11.200 tabung, sedangkan alokasi 19.200 tabung. Jadi masih sangat mencukupi,” katanya.***
Editor: denkur