Corona makin menggila. Jumlah korban pun terus bertambah, sehingga banyak rumah sakit yang kewalahan melayani pasien yang membludak. Sisi lain, muncul varian baru yang disebut Varian Delta. Apakah itu?
Varian Delta awalnya ditemukan di India. Namun, kini sudah menyebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Bahkan, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) varian Delta terdeteksi di lebih dari 80 negara dan terus bermutasi saat menyebar.
Dikutip dara.co.id dari detikcom, Minggu 27 Juni 2021, penelitian telah menunjukkan varian ini bahkan lebih cepat menular daripada varian lainnya. Bahkan, disebutkan bisa menular hanya dalam beberapa detik.
Pejabat WHO juga mengatakan ada laporan bahwa varian Delta menyebabkan gejala yang lebih parah, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi kesimpulan tersebut.
Gejala varian Delta COVID-19
Selama pandemi, ahli di seluruh dunia telah memperingatkan bahwa gejala utama COVID-19 adalah demam, batuk terus-menerus, dan kehilangan rasa atau penciuman dengan beberapa variasi dan tambahan lainnya.
Daftar gejala terbaru CDC, termasuk kelelahan, nyeri otot atau tubuh, sakit kepala, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau pilek, mual atau muntah, dan diare sebagai kemungkinan gejala infeksi.
Sementara itu gangguan pendengaran, gangguan lambung yang parah, dan pembekuan darah yang mengarah ke gangren, gejala yang biasanya tidak terlihat pada pasien Covid, telah dikaitkan oleh dokter di India dengan varian Delta.
“Tahun lalu, kami pikir kami telah belajar tentang musuh baru kami, tetapi itu berubah. Virus ini telah menjadi sangat, sangat tidak terduga,” kata salah satu dokter di India, Abdul Ghafur, kepada Bloomberg.
Sakit perut, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, gangguan pendengaran, dan nyeri sendi adalah beberapa penyakit yang dialami pasien Covid-19, menurut enam dokter yang merawat pasien di seluruh India.
Sementara itu, dikutip dari CNBC Indonesia, Ketua Satgas Covid-19 dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban mengungkapkan transmisi cepat dari varian Delta bukanlah candaan. Ditemukan dari hasil tracing di Australia atas kasus yang terjadi di salah satu negara bagiannya di New South Wales.
Penularan terjadi di pusat perbelanjaan Bondi Junction Westfield, yang menunjukan cepatnya penularan dari varian Delta ini.
Dalam cuitan twitternya @ProfesorZubairi, dia menuliskan, temuan ini menjadi perhatian para ahli karena tidak hanya terjadi sekali di sana.
“Makanya pejabat kesehatan Australia mengingatkan bahwa penularan virus tidak lagi membutuhkan waktu 15 menit, tapi dimungkinkan bisa dalam hitungan detik,” tulisnya, Jumat (25/6/2021).
Ahli virologi Universitas Griffith Lara Herrero mengatakan dalam momen transmisi yang terekam di CCTV itu, virus didapati bertahan di udara cukup lama, sehingga seseorang bisa menghirupnya dan terinfeksi.
Transmisi kontak sekilas ini telah didukung oleh pernyataan-pernyataan beberapa tokoh.
Salah satu yang memperingati cepatnya penularan varian Delta, yakni Menteri Kesehatan New South Wales Brad Hazzard dan juga ahli epidemiologi dunia Eric Feigl-Ding.
“Secara global Varian Delta memang menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 yang tinggi di beberapa negara, termasuk Indonesia. Kabar baiknya, sebagian besar vaksin yang beredar, masih bisa bekerja melawan Varian Delta ini,” katanya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan NSW Brad Hazzard juga menegaskan kekhawatirannya mengenai penyebaran kali ini. Ia menyebut bahwa varian virus corona Delta merupakan jenis virus dengan kemampuan penularan yang lebih kuat dari beberapa varian Covid-19 terdahulu.
“[varian] Delta ini telah menunjukkan dirinya sangat mampu menyebar dengan sangat cepat dan dalam keadaan yang belum pernah dialami penduduk NSW dengan cara yang sama sebelumnya,” kata Hazzard dalam sebuah konferensi pers.
“Ini adalah virus yang sangat mampu menular bahkan ketika kita memiliki jarak yang dekat antara individu yang menularkan dan siapa pun dari kita yang mungkin lewat,” lanjutnya.***
Editor: denkur | Sumber: detikcom-CNBC Indonesia