Akibat air bah, KJA di Waduk Jangari rusak parah. Akibatnya, petani tak bisa memanen ikan peliharaannya. Ini penjelasannya, air bah bisa terjadi hampir setiap tahun itu.
DARA | CIANJUR – Air bah dari aliran Sungai Cisokan menerjang dan merusak puluhan keramba jaring apung (KJA). Peristiwa tersebut tejadi di Kawasan Jangari, Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Minggu (15/12/2019) dini hari.
Wakil Ketua Kompepar Kawasan Wisata Jangari, Hendrawan, menjelaskan, peristiwa air bah itu terjadi sekitar pukul 00.00 EIB. Sebelumnya, lanjut dia, turun hujan deras mengguyur wilayah Kabupaten Cianjur sejak sore hingga malam.
“Sejak Sabtu malam sekitar pukul 24.00 WIB, arus air sungai yang masuk ke Jangari memang deras. Tidak lama kemudian KJA yang berada di pintu masuk aliran sungai ke waduk terseret hingga rusak parah,” kata Hendra, kepada wartawan, Senin (16/12/2019).
Berdasarkan hasil pendataan, menurut Hendra, ada 20 KJA yang rusak parah. Bahkan ia perkirakan 10 ton ikan siap panen dari KJA itu lepas, sehingga petani tidak bisa memanennya.
“KJA yang rusak itu milik tiga orang petani ikan di Jangari. Kondisinya sudah rusak parah, saling berdempetan dan besinya bengkok. Ikannya juga lepas. Jadi tidak bisa dipanen, padahal sebagian sudah masuk masa panen,” ujarnya.
Menurut dia, air bah atau arus deras itu, terjadi setiap tahun terutama saat memasuki musim hujan. Bahkan tahun lalu, tepatnya sebelum ada penertiban KJA oleh satgas program CItarum Harum, lebih dari 100 KJA yang terkena dampak dari kejadian serupa.
Pasalnya pada 2018, jumlah KJA masih banyak termasuk di pintu masuk aliran sungai ke waduk. “Kejadian di peralihan musim tahun ini lebih sedikit, karena sebagian KJA sudah ditertibkan. Tapi bisa saja bertambah, mengingat masih ada KJA di pintu masuk air ditambah curah hujan cukup tinggi beberapa hari terakhir,” katanya.
Dia berharap pemerintah daerah merespon untuk menangani masalah tersebut. Terjadinya air bah tersebut akibat adanya penumpukan sampah di pintu masuk Waduk Jangari.
“Ini karena ada tumpukan sampah, jadinya air tersendat. Ketika debit semakin tinggi terjadi lah air bah dengan arus yang kuat. Sehingga, banyak KJA yang terdampak. Sampai saat ini belum ada tindakan dari instansi terkait,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala UPTD Pengembangan Perikanan Perairan Umum Cianjur, Budi Prayatna, membenarkan adanya kejadian tersebut. Namun terkait penanganan KJA yang rusak, biasanya para petani akan membereskan sendiri kerambanya.
“Kalau tidak nanti dari Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) yang akan turun ke lapangan,” katanya.***
Wartawan: Purwanda | Editor: Ayi Kusnawan