Tiga partai sudah menyalakan lampu kuning untuk berkoalisi, menjadi pendukung Pemerintahan Jokowi. Tinggal PKS, duduk sendiri, menjomblo tetap jadi oposisi.
DARA | JAKARTA – Nyaris mengkerucut, tiga partai yang kemarin berseberangan dalam pilpres, kini merapat untuk berkoalisi. Meski memang belum ada pernyataan resmi. Namun, lampu kuning sudah menyala, sehingga Partai Gerindra, Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional (PAN) dipastikan duduk bersama partai pendukung Jokowi berada di kubu koalisi.
Tinggal Partai Keadilan sejahtera (PKS) ditinggal “menjomlo” di kursi oposisi. Padahal, saat pilpres, PKS berjuang bersama-sama Gerindra, Demokrat dan PAN menjadi partai pendukung Prabowo Subianto.
Sejauh ini PKS memang belum menentukan sikap. Namun, sinyal untuk menyatakan diri tetap berada di posisi oposisi sangat kuat. Indikasinya, hanya PKS lah yang tidak dipanggil Jokowi untuk menggelar peretemuan. Sedangkan Gerindra, Demokrat dan PAN, sudah bertatap muka dengan Jokowi.
Rangkaiannya, Jokowi sudah bertemu Susilo Bambang Yudhoyono, lalu beberapa hari kemudian bertemu Prabowo dan terakhir bertemu Zulkifli Hasan. Pertemuan itu, diduga kuat membahas keharmonisan koalisi. Maka, publik meyakini tiga partai itu akan jadi partai koalisi pemerintahan Jokowi.
Kembali pada PKS, sejauh ini belum ada gelaran pertemuan antara Jokowi dengan petinggi PKS. Sedangkan pelantikan tiga dua hari lagi yaitu hari Minggu (20/10/2019).
Sekarang waktunya injure time, artinya pintu sudah nyaris tertutup untuk pertemuan Jokowi dengan petinggi PKS. maka, dipastikan PKS memang sendirian menjadi partai oposisi.
Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid sempat mengatakan: “Kami tidak pernah takut, karena kami yakin. Kalau memang PAN keputusannya ada berada di luar kabinet berarti bersama PKS. Jangankan dengan PAN, sendirian saja berani,” ujarnya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (14/10).
Namun, politik penuh dinamika. Entah besok atau lusa, boleh jadi PKS pun dirangkul. Namun, siapa tahu PKS tetap bertahan dengan posisinya sebagai oposisi.***
Editor: denkur