Jumat dini hari tadi, Israel dan Hamas akhirnya mengumumkan gencatan senjata. Sebelumnya konflik saling serang terjadi selama 11 hari menewaskan 232 warga Palestina dan 12 warga Israel.
DARA – Kabinet keamanan Israel telah sepakat mendukung gencatan senjata tanpa syarat seperti yang diusulkan oleh Mesir selaku mediator. Meski begitu, kabinet menambahkan waktu dimulainya gencatan senjata masih harus menunggu kesepakatan kedua belah pihak.
Demikian seperti dilansir Galamedia dari Al Jazeera, Jumat (21/5/2021).
Sementara itu, Hamas selaku penguasa Gaza dan kelompok bersenjata PIJ (Palestinian Islamic Jihad) dalam sebuah pernyataan mengonfirmasi kesepakatan gencatan senjata tanpa syarat itu dimulai pada Jumat pukul 02.00 waktu setempat.
Perkembangan situasi antara Israel dan Palestina tersebut terjadi setelah adanya kekhawatiran global akan pertumpahan darah.
Faktor lainnya adalah desakan deeskalasi yang disampaikan Presiden AS Joe Biden pada Israel serta tawaran mediasi oleh Mesir, Qatar, dan PBB.
Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi bahkan harus memerintahkan dua delegasi keamanan ke Israel dan wilayah kedudukan Palestina agar tercapainya gencatan senjata.
Kesepakatan gencatan senjata tersebut akan menghentikan salah satu peperangan paling sengit yang terjadi sejak 2014 lalu.
Peperangan telah menyebabkan kerusakan besar di Gaza serta menyebabkan banyak aktivitas warga Israel terhenti.
Anggota biro perhubungan Arab dan Islam milik Hamas, Ali Barakeh menyatakan deklarasi gencatan senjata itu merupakan kemenangan bagi seluruh rakyat Palestina dan kekalahan bagi Netanyahu.
Sebelumnya pada Kamis, Israel kembali membombardir Jalur Gaza. Kemudian, Hamas dan PIJ juga kembali meluncurkan serangan roket setelah sempat berhenti selama delapan jam.
Sesuai data resmi pejabat kesehatan Gaza, sebanyak 232 warga Palestina dinyatakan meninggal. Jumlah itu termasuk 65 anak-anak dan 39 perempuan.
Tidak hanya itu, lebih dari 1.900 orang mengalami luka akibat perang senjata yang terjadi sejak 10 Mei tersebut.
Israel menyatakan bahwa peperangan itu telah memakan korban jiwa setidaknya 160 tentara di Gaza. Namun, mereka tidak menyertakan bukti atas pernyataan tersebut.
Sementara itu, pihak Hamas dan PIJ mengatakan bahwa setidaknya ada 20 tentara mereka yang terbunuh selama peristiwa itu.
Pihak berwenang menyatakan korban jiwa di pihak Israel sebanyak 12 orang. Sementara, ratusan orang dirawat akibat terluka saat serangan roket terjadi.
Serangan roket itu menimbulkan kepanikan bagi masyarakat sehingga mereka berebut menuju tempat pengungsian.
Masih dikutip dari galamedianews.com, peperangan yang terjadi 11 hari terakhir ini dipicu oleh tindakan keras kepolisian Israel kepada pelaku aksi protes Palestina di Masjid Al-Aqsa pada 10 Mei 2021.
Aksi tersebut ditengarai oleh ketegangan yang terjadi selama berminggu-minggu akibat pengusiran berencana terhadap sejumlah keluarga Palestina dari rumah-rumah mereka di Sheiks Jarrah oleh pihak Israel.
Hamas kemudian memberikan ultimatum agar pihak Israel menarik pasukannya dari Masjid yang merupakan tempat suci bagi umat Islam dan Yahudi itu.
Namun, Israel tidak menarik pasukannya pada waktu yang telah ditentukan Hamas.
Oleh karena itu, kelompok Palestina itu kemudian meluncurkan beberapa roket ke arah Yerusalem untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun.
Segera setelah itu, Israel membalas dengan serangan udara dengan target Hamas di Gaza.***
Editor: denkur