DARA | BANDUNG — Berdasarkan data Hellen Keller International, kelompok makanan yang paling banyak dimakan oleh anak-anak di Kota Bandung, Jawa Barat adalah makanan ringan olahan pabrik yang rendah gizi. Akibatnya angka stunting di Kota Bandung mencapai angka 25,8% (data PSG tahun 2017).
“Di samping itu, banyak pula remaja putri kita yang tidak memakan tablet tambah darah sehingga memperburuk kondisi ini,” kata Kepala Dinkes Kota Bandung, Rita Verita, pada Sosialisasi Program Ojek Makanan Balita (Omaba) dan Program Bekal Makanan Sehat, Bergizi, dan Murah (Beas Bereum) kepada para pegawai Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, tempo hari.
Ia menjelaskan, anemia pada remaja putri akan berakibat pada kualitas generasi yang akan dilahirkan ketika mereka dewasa. Oleh karena itu, lanjut Rita, Beas Beureum dan Omaba juga harus didukung dengan program lainnya, seperti program Remaja Bandung Unggul Bebas Anemia (Rembulan) dan studi intensif mengenai gizi untuk anak SMA (Si Gurih).
Pada kesempatan yang sama, dokter UPT Puskesmas Riung Bandung, Sonny. Sundari, mengungkapkan, masalah gizi buruk dan angka kematian bayi yang tinggi menjadi masalah serius di wilayah Riung Bandung. Tak hanya masyarakat menengah ke bawah, masalah serupa juga dialami masyarakat menengah ke atas.
Omaba yang dibentuk tahun 2013 ini, menurut dia, menitikberatkan pada strategi pendistribusian pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan bagi balita bergizi buruk. Para kader binaan puskesmas dikerahkan untuk membuat makanan bergizi seimbang di cooking center yang dibina oleh bidan puskesmas.
Kemudian makanan didistribusikan menggunakan sepeda motor kepada balita yang menjadi sasaran program Omaba. Omaba, lanjut dia, bertujuan mencegah dan memperbaiki asupan gizi anak-anak balita yang mengalami gizi buruk agar tidak terjadi stunting.
Selain, itu Omaba juga mendorong masyarakat menjadi kader gizi yang terampil dalam menyiapkan makanan, melakukan penyuluhan gizi, dan melakukan sistem tata kelola gizi lainnya.
Omaba sudah diakui di tingkat dunia sebagai juara ketiga kategori program Corporate Social Responsibility (CSR) terbaik se-Asia pada Public Relations (PR) Asia Awards. “Kita seharusnya bangga dan mendukung program ini salah satunya dengan menyediakan anggaran untuk pelaksanaan program ini secara kontinyu,” ujar Sonny.***
Editor: Ayi Kusmawan