Analisis Wartawan Senior Sabri Piliang Prakualifikasi Piala Dunia “Kaki Naik Kepala Turun”

Sabtu, 29 Juni 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Karam berdua, basah seorang”. Begitulah pepatah yang tepat untuk Pelatih Jerman Joachim Loew. Untuk melukiskan kekalahan “Der Panzer”, Timnas Jerman 0-2, atas ‘pasukan Korea Selatan’, di Piala Dunia 2018 (Rusia).
Makna kekekalahan yang diderita juara Dunia: 1954, 1974, 1990, dan 2014 ini adalah kesalahan bersama. Kesalahan semua anggota Tim. Bukan kesalahan sang pelatih Joachim Loew sendiri. Gol-gol Kim Young-won dan Son Heung-min di masa ‘injury time’ (90+1) dan 90+5, serta kehebatan kiper Cho Hyun-woo, membuat “Taegeuk Warriors” mengangkat derajatnya kembali.
Timnas Korea Selatan yang saat itu, ditangani Pelatih Indonesia, Shin Tae-yong “memulangkan” Jerman. Padahal, saat itu, peluang Korea Selatan untuk maju sebagai juara dan “runner-up” sudah tertutup. Tergabung dalam Group F, Korea Selatan terlebih dahulu telah dikalahkan Swedia (0-1), dan Mexico (1-2).
Meskipun tersingkir di babak penyisihan Piala Dunia 2018, Federasi Sepakbola Jerman. Masih mempertahankan Joachim Loew hingga Piala Eropa 2020. Kekalahan dari Inggris 0-2, membuat Joachim Loew kemudian “tahu diri”.
Apa yang bisa dilihat dari kemenangan Timnas Korea Selatan atas Jerman di Piala Dunia 2018? Apa strategi Pelatih Shin Tae-yong di babak “tiada harapan”, tapi menang? Semua karena, kepiawaian Shin Tae-yong dalam memberi motivasi, bahwa tak ada Tim yang tidak bisa dikalahkan.
Kemenangan Korea Selatan atas Jerman 2-0, enam tahun lalu. Cukup membesarkan hati. Motivasi dan “resep” Korea yang diramunya, diyakini akan mampu berbuat hal yang sama bersama Indonesia di putaran ke-3 Pra Piala Dunia September mendatang.
Sebenarnya, sebelum “drawing” putaran ke-3 Piala Dunia zona Asia (27 Juni kemarin), saya sempat berharap, agar Indonesia bisa terhindar dari: Australia (peringkat 23 dunia), Arab Saudi (56), dan Jepang (17) sekaligus dalam satu group.
Bila Indonesia bisa satu group dengan para langganan Piala Dunia, cukup dengan Australia dan Jepang saja. Saya telah mengkalkulasi, bahwa mereka akan satu group dengan Indonesia. Ketimbang Iran (pot 1), Jepang lebih menarik untuk dihadapi. Juga ketimbang Qatar yang selalu “diuntungkan wasit”, atau dibanding Irak, di mana Indonesia sering kalah. Saya setuju dengan Australia.
Masih ada celah untuk menang. Apalagi, sebagian pemain naturalisasi kita dirasa mampu untuk mengimbangi. Andai: Mess Hilgers, Kevin Diks, dan Jairo Riedewald, bisa di-naturalisasi sebelum 5 September mendatang, melawan “Aussie” (Australia) bukan hal yang sulit.
Tadinya, saya berharap dari ‘pot 3’, ada Yordania (peringkat 68) yang bisa terpilih ke group C, bukan Arab Saudi yang akan menemani Indonesia. Dari ‘pot 4’, saya memang mengharapkan Bahrain (peringkat 81), ketimbang Uni Emirat Arab (peringkat 69) dan Oman (76). Sementara, dari ‘pot 5’, berharap Kyrgistan (101), bukan China (88) atau Palestina (95).
Apa boleh buat. Indonesia yang tergabung di Group C (hasil drawing), akan melakukan 10 laga “Home” dan “away”, mulai 5 September mendatang. Untuk merebut dua tiket langsung dari Group C, Tim asuhan Shin Tae-yong, harus mampu finis ke-1 atau ke-2, dan dapat menaklukkan: Australia, Arab Saudi, Jepang, China, dan Bahrain.
Dua group lagi: A (Iran, Qatar, Uzbekistan, Uni Emirat Arab, Kyrgistan, Korea Utara. Lalu Group B: Korea Selatan, Irak, Yordania, Oman, Palestina, Kuwait.
Pelatih Shin Tae-yong dan PSSI, tentu tidak ingin sekadar ikut “meramaikan” putaran ke-3 Pra Piala Dunia 2026. Program naturalisasi dalam dua bulan ini akan dikebut, agar lebih membangkitkan rasa optimistis menghadapi lawan-lawan langganan Piala Dunia. “Kaki Naik, kepala turun” (semua upaya dikerahkan).
Tentu, Shin Tae-yong akan sibuk sekali, sekaligus mangulangi hal yang “mustahil” mengalahkan Jerman, menjadi mungkin. Mengalahkan Jepang, Australia, atau Arab Saudi, bagi Shin Tae-yong tentu lebih mudah, dibanding mengalahkan Jerman. Yang kita punya “tinggal doa”.

Berita Terkait

KUALIFIKASI PIALA DUNIA : Ombak Kecil yang Diabaikan
Ada Apa Raffi Ahmad Temui Bupati Bandung?, Simak Beritanya
Abah Landoeng Saksi Sejarah Konferensi Asia Afrika, Kumpulkan Mobil untuk Para Delagasi
Inen Rusnan Sang Fotografer Konferensi Asia Afrika 1955
Gol Salto Bellingham Perusak Euphoria Slovakia, Inggris dan Spanyol lolos ke Perempat Final
Breaking News, Ada Kasus Mutilasi di Garut
Bikin Ketar Ketir Lawan, Kang DS Makin Moncer dan Koalisi Bedas Makin Kuat
Komunitas Kemanusiaan Bandung Gelar Aksi “12 Jam untuk Palestina”
Berita ini 15 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 1 Juli 2024 - 17:53 WIB

KUALIFIKASI PIALA DUNIA : Ombak Kecil yang Diabaikan

Senin, 1 Juli 2024 - 14:31 WIB

Ada Apa Raffi Ahmad Temui Bupati Bandung?, Simak Beritanya

Senin, 1 Juli 2024 - 14:18 WIB

Abah Landoeng Saksi Sejarah Konferensi Asia Afrika, Kumpulkan Mobil untuk Para Delagasi

Senin, 1 Juli 2024 - 14:10 WIB

Inen Rusnan Sang Fotografer Konferensi Asia Afrika 1955

Senin, 1 Juli 2024 - 14:03 WIB

Gol Salto Bellingham Perusak Euphoria Slovakia, Inggris dan Spanyol lolos ke Perempat Final

Senin, 1 Juli 2024 - 13:53 WIB

Breaking News, Ada Kasus Mutilasi di Garut

Senin, 1 Juli 2024 - 11:36 WIB

Bikin Ketar Ketir Lawan, Kang DS Makin Moncer dan Koalisi Bedas Makin Kuat

Senin, 1 Juli 2024 - 10:35 WIB

Komunitas Kemanusiaan Bandung Gelar Aksi “12 Jam untuk Palestina”

Berita Terbaru

Foto: miga/dara.co.id

BANDUNG UPDATE

Prakiraan Cuaca Bandung, Selasa 02 Juli 2024

Selasa, 2 Jul 2024 - 06:30 WIB

mobil sim keliling kota Bandung

BANDUNG UPDATE

Lokasi Mobil SIM Keliling di Kota Bandung, Selasa 02 Juli 2024

Selasa, 2 Jul 2024 - 06:25 WIB