Fenomena aneh terjadi di Tasikmalaya, Jawa Barat, Minggu kemarin. Hujan turun tapi hanya di lingkungan satu rumah saja. Begini komentar BMKG.
DARA | Fenomena aneh ini sempat viral. Ditengah musim kemarau, tiba-tiba turun hujan. Namun, ternyata hanya mengguyur sebuah rumah saja.
Dilansir dari sejumlah sumber, fenomena hujan di satu rumah itu terjadi di Kampung Margalaksana, Kelurahan Kahuripan, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya, pukul 04.30 WIB, Sabtu 5 Agustus 2023.
Rumah yang diguyur hujan itu adalah rumah milik Deni dengan luas sekitar 8×3 meter saja.
Lantas bagaimana tanggapan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)?
Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung, Jawa Barat, Teguh Rahayu mengatakan, fenomena itu disebut fenomena hujan skala sangat lokal.
Fenomena hujan seperti itu lazim terjadi di saat musim kemarau. Disebabkan oleh awan single cell yang terbentuk di suatu area/wilayah.
Awan hujan biasanya bergerak di atas sebuah wilayah dan melepaskan kelembaban saat mereka pergi dalam bentuk hujan. Bangunan dan struktur lainnya dapat memblokir kejadian hujan, sehingga menyebabkan hujan jatuh hanya di satu sisi jalan.
Selain itu, sudut matahari juga dapat mempengaruhi fenomena ini, menyebabkan kelembaban menguap dari satu sisi sebelum memiliki kesempatan untuk jatuh sebagai curah hujan. Akibatnya, satu sisi dapat dilihat sebagai kering sementara yang lain basah.
Kecepatan dan arah angin juga dapat menyebabkan hujan turun pada sudut yang berbeda, meningkatkan kemungkinan hujan yang lebih besar di satu sisi.
Ada beberapa faktor yang menentukan di mana hujan akan turun. Namun, sisi mana yang akan hujan dapat bervariasi tergantung pada lokasi.
“Urbanisasi memiliki dampak pada distribusi hujan di perkotaan. Kota cenderung ditutupi dengan banyak permukaan yang tidak mudah menyerap air, seperti jalan, bangunan, dan trotoar, mencegah air menembus tanah. Ini menyebabkan meningkatnya runoff dan pada akhirnya banjir di daerah yang lebih rendah sementara meninggalkan daerah lain kering,” tutur Teguh Rahayu seperti dikutip dari tvOnenews.com, Senin (7/8/2023).
Tidak hanya di pedesaan, lanjut Teguh, di wilayah perkotaan juga lebih mungkin mengandung dalam menyerap panas, seperti dari beton dan aspal, yang kemudian menciptakan pulau panas (heat island).
“Tempat-tempat yang lebih hangat ini menyebabkan udara naik, menyebabkan peningkatan curah hujan di daerah tersebut dibandingkan dengan lingkungan pedesaan,” kata Teguh.
Editor: denkur