Yang harus dilakukan saat ini dalam normalisasi Sunga Citarum adalah mengubah mindset masyarakat yang belum sepenuhnya sadar dalam menangani sampah. Program sebelum Citarum Harum, dengan anggaran Rp 22 triliun, semuanya gagal!
DARA I BANDUNG – Komandan Sektor 7 Citarum Harum, Kolonel Kav. Purwadi, menyebutkan, Citarum Lestari dan beberapa nama istilah program yang dimulai tahun 2013 untuk normalisasi kondisi Citarum menjadi lebih baik, gagal. Padahal, pemerintah telah menggelontorkan anggaran hampir Rp22 triliun.
Malahan, menurut Purwadi, dalam sebuah kongres internasional yang dihadiri Presiden RI, Sungai Citarum ditetapkan sebagai sungai terkotor kedua di dunia setelah sungai terkotor pertama di Cina. “Mulai saat itulah dibentuk Satuan Tugas (Satgas) langsung dipasrahkan kepada panglima TNI untuk mengurus masalah Citarum,”‘ kata Purwadi, susai sosialisasi Citarum Harum di aula Desa Sukamenak, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Kini, lanjut dia, penanganan sungai yang panjangnya 270 Km ini dipasrahkan kepada TNI dengan progran Citarum Harum yang dibagi dalam 22 sektor. Salah satunya sektor 7 yang mencakup 14 desa dan empat kecamatan.
Ia menambahkan, di sektor 7 ada 26 sungai dan anak sungai yang harus ditangani. Citarum Harum menargetkan tujuh tahun untuk kondisi Citarum menjadi bersih kembali.
Menurut Purwadi, baru dua tahun Citarum Harum berjalan, ada perubahan yang signifikan, masalah sampah sudah berkurang. “Yang harus dilakukan saat ini adalah mengubah mindset masyarakat yang belum sepenuhnya sadar, bagaimana menangani sampah. Maka inilah perlunya diadakan sosialisasi, seperti yang dilakukan sekarang,” ujarnya.
Pihaknya juga melakukan pendekatan kepada perusahaan yang berada di sepanjang DAS Citarum. Jika mereka membuang limbahnya tanpa melalui IPAL Satgas Citarum Harum memberi teguran dan jika membandel akan nenutupnya.***
Wartawan: Sopandi l Editor: Ayi Kusmawan