Film adaptasi dari novel berseri karya budayawan Arswendo Atmowiloto ini memiliki makna dan nilai edukasi yang bisa memberikan inspirasi bagi keluarga.
DARA| Anggota Komisi X DPR RI, Ferdiansyah, kembali menggelar acara nonton bareng (Nobar) gratis Film Indonesia. Kali ini kegiatan nonton bareng film karya anak bangsa tersebut digelar di Alun-alun Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut.
Ferdiansyah mengatakan, Kegiatan nonton bareng yang dilaksanakan pada Jumat (10/12/2022) malam itu menyajikan film berjudul Keluarga Cemara. Menurutnya, film yang disajikan untuk ditonton bersama itu tidak hanya mempertontonkan budaya Indonesia, melainkan juga tuntunan bagi keluarga.
Ferdiansyah menyebutkan, jika film yang merupakan adaptasi dari novel berseri karya budayawan Arswendo Atmowiloto ini memiliki makna dan nilai edukasi yang bisa memberikan inspirasi bagi keluarga.
“Selain menghadirkan film Keluarga Cemara, saya juga merealisasikan permintaan anak-anak pelajar dari SMKN 7 Garut yang memiliki karya film pendek, untuk ditayangkan atau turut manggung,” ujarnya, Sabtu (10/12/2022).
Ferdiansyah menuturkan, pihaknya juga turut menyosialisasikan film-film syarat muatan budaya lokal yang memiliki arti luas seperti “guyub” atau kompak. Pihaknya ingin mencontoh film nasional FTV dan sinetron yang memanfaatkan lokasi syuting di daerah, seperti film Preman Pensiun dan Suparman Reborn.
Ferdiansyah menuturkan, bahwa keinginannya tersebut telah mendapat apresiasi dari banyak warga di daerah. Tidak sedikit, ungkapnya, yang menawarkan tempat atau lingkungan mereka untuk dijadikan lokasi syuting pembuatan film. Namun begitu, ia menyebut jika hal itu bergantung dari pemangku kebijakan.
“Dalam hal ini pelaku perfilman, bisa dan tidaknya memanfaatkan lokasi syuting di daerah,” ucapnya.
Menurut Ferdiansyah, pembuatan film bernuansa kemasyarakatan dapat mengangkat potensi budaya lokal daerah untuk dijadikan tontonan dan tuntunan bagi masyarakat. Melalui kemitraan dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI yang telah dibangun, pihaknya pun selalu mengusulkan agar program budaya dapat ditanamkan dalam perfilman nasional.
Ia menambahkan, hal itu sekaligus untuk menjawab 10 objek kemajuan kebudayaan dalam konteks kearifan lokal, melalui perfilman dengan memiliki kemasan dan cerita menarik. “Tentunya diipadukan dengan kemajuan teknologi digitalisasi saat ini,” katanya.
Editor: Maji