Wilayah selatan Kabupaten Bandung Barat memiliki potensi alam cukup tinggi untuk dijadikan daerah wisata. Ada beberapa potensi wisata yang hingga kini belum dikembangkan, diantaranya objek wisata di wilayah utara seperti Lembang, Parongpong, Cisarua dan Ngamprah.
DARA – Jika dikembangkan dan dikelola secara optimal wilayah selatan Bandung Barat tidak akan kalah menarik dengan wilayah Utara.
Dari sekian objek wisata, baru satu yang mulai dikembangkan yakni Curug Malela di Kecamatan Gununghalu. Curug yang disebut-sebut miniatur air terjun Niagara telah dikembangkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Pemerintah KBB sendiri, berencana untuk mengembangkan wilayah selatan yang meliputi Kecamatan Cihampelas, Cililin, Sindangkerta, Cipongkor, Gununghalu dan Rongga ini menjadi sebuah destinasi wisata.
Salah satu potensi wisata yang masih perawan di Desa Mukapayung Kecamatan Cililin adalah Batu Saheng dan Goa Lalay.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Diparbud) KBB, Heri Partomo mengungkapkan asal muasal nama batu yang bertengger di tebing bukit itu Batu Saheng tersebut.
Konon menurut cerita warga setempat ketika kita menempelkan telinga ke dinding batu itu terdengar ada suara seperti air mendidih atau saheng.
Dalam bahasa Sunda, saheng (gemuruh) itu suara yang terdengar dari air yang didihkan di dalam panci atau wadah lainnya.
Tidak semua orang bisa mendengarkan suara saheng itu. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mendengarnya.
“Mitosnya, kalau seseorang bisa mendengarkan suara saheng dari sela-sela batu itu, maka dianggap mempunyai perasaan yang suci,” ujar Heri, Minggu (18/7/2021).
Bagi yang penasaran dengan cerita di balik Batu Saheng ini, kata Heri alangkah baiknya datang sendiri ke tempat tersebut.
Selain Batu Saheng, di sekitar itu terdapat pula Goa Lalay di kaki Gunung Putri. Konon katanya Goa Lalay ini, peninggalan zaman Kerajaan Dipati Ukur.

Ternyata Goa Lalay inipun meninggalkan kisah misteri bagi warga di sana. Konon hingga sekarang di goa tersebut masih ada peninggalan-peninggalan zaman kerajaan tersebut.
Mitosnya, tempat tersebut tidak boleh dikunjungi, sehingga misteri inipun hingga kini masih berkembang di kalangan masyarakat.
Misteri Goa Lalay dengan cerita Kerajaan Dipati Ukur hanya berkembang di kalangan masyarakat. Kebenaran tentang cerita itu belum tergali secara mendalam.
Diparbud Bandung Barat melirik potensi wisata tersebut untuk bisa dikembangkan, sehingga menjadi aset berharga. Selebihnya dalam pengelolaan wisata tersebut tidak hanya tergantung pada pemda saja. Namun, desa juga bisa mengembangkan potensi daerahnya dari sektor wisata.
“Itu bisa mendatangkan pendapatan asli desa juga, apabila dikelola secara optimal. Dalam pelaksanaannya, bisa juga dikerjasamakan dengan pihak lainnya,” ujar Heri.***(Adv)
Editor: denkur