Pemerintah Kabupaten Garut sedang memasang alat pendeteksi tsunami pada lima tempat dan memperbaiki alat pendeteksi yang rusak. Dari tujuh EWS yang ada hanya dua yang masih berfungsi.
DARA | GARUT – “Tiga EWS tengah diperbaiki, sehingga total ada tujuh buah alat pendeteksi gempa yang berada di Kabupaten Garut,” ujar Bupati Garut, Rudy Gunawan, Senin (28/9/2020).
Menurut Rudy, Kabupaten Garut memiliki panjang pantai 80 kilometer yang berada di tujuh kecamatan. Jika isu megatrust terjadi dengan adanya tsunami, maka sekitar 5000 rumah akan tersapu dalam hitungan menit. Sebanyak 25 ribu jiwa di tujuh kecamatan di wilayah selatan Kabupaten Garut pun bisa terkena dampak dari tsunami 20 meter.
“Yang agak berbahaya itu di Pameungpeuk, Cibalong, dan Cikelet. Sama Rancabuaya (Caringin) juga. Ada sekitar 25 ribu orang yang rumahnya itu di bawah 20 meter,” ucapnya.
Rudy menyebutkan, Pemkab Garut pun tak mau panik dengan potensi bencana itu. Pihaknya akan melakukan simulasi mitigasi bencana di wilayah selatan Garut. Ia mengaku, alat yang dimiliki pihaknya memang sangat terbatas. Apalagi sejumlah alat pendeteksi tsunami saat ini dalam kondisi rusak.
Rudy menuturkan, dari hasil perhitungan, hanya ada waktu 10 menit untuk melakukan evakuasi. Sedangkan dalam simulasi, butuh waktu 30 menit untuk mengevakuasi warga dari bibir pantai ke dataran tinggi.
“Kami agak mengalami kesulitan ketika harus melakukan evakuasi dalam jangka 10 menit. Dalam waktu 10 menit itu akan berduyun-duyun ke daerah evakuasi. Kami butuh waktu minimal 30 menit,” katanya.
Diungkapkan Rudy, salah satu wilayah yang akan terkena dampak cukup parah yakni Kecamatan Pameungpeuk. Pasalnya di Alun-alun Pameungpeuk saja ketinggiannya hanya 7 meter di atas permukaan laut (mdpl).
“Untuk mitigasi kami buat tempat untuk jalur evakuasi. Kami tak mau panik. Sekarang alat pendeteksi tsunami (EWS) sedang diperbaiki. Ada lima yang kami ajukan, tapi ada tiga yang akan diperbaiki sama BNPB,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Rudy, Kesiapan mitigasi lain yang dilakukan yakni memperbaiki jalur evakuasi ke arah ketinggian di atas 30 mdpl. Pihaknya menghitung jika tsunami besar terjadi agak sulit melakukan evakuasi.
“Katanya 5 menit itu air sudah sampai di daratan yang satu meter. Terus 5 menit kemudian, 20 meternya (tsunami besar). Makanya sulit dengan waktu yang singkat untuk evakuasi warga,” katanya.
Menurut Rudy, ada tujuh kecamatan di selatan Garut yang bisa terdampak. Yakni dari Caringin, Mekarmukti, Bungbulang, Pakenjeng, Cikelet, Pameungpeuk, dan Cibalong. Namun dari tujuh kecamatan, ada tiga yang jadi perhatian Pemkab Garut karena berada di dataran rendah.
“Pameungpeuk, Cikelet, dan Cibalong itu tiga kecamatan yang posisinya berada di lokasi yang rendah. Di Pasar Padaawas saja itu hanya 15 sampai 17 mdpl. Apalagi di Masjid Pameungpeuk cuma 7 mdpl,” ujarnya.
Rudy pun mengingatkan kepada masyarakat, jika isu megatrust terjadi maka masyarakat bisa langsung lari tanpa memperhatikan harta benda. Pihaknya sudah ada jalur evakuasi ke daerah dengan ketinggian minimal 30 sampai 50 meter diatas permukaan air laut (mdpl).
“Saya mengimbau masyarakat untuk tidak lagi memperhatikan harta benda, bahwa saat terjadi tsunami maka seadanya dia langsung lari saja” katanya.***
Editor: denkur