Tidak benar ada pungutan liar (pungli) dalam kegiatan bintek mitigasi bencana di Ibun. Juga tidak fiktip. Kegiatan itu benar-benar dilaksanakan.
DARA – Sejumlah unsur pemerintahan desa, mulai dari perangkat desa hingga anggota Badan Pemusyawaratan Desa (BPD) dan unsur lainnya di Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung menghadiri kegiatan bimtek soal mitigasi bencana.
Tujuannya sebagai upaya peningkatan kapasitas perangkat desa, mengingat Kecamatan Ibun salah satu daerah rawan bencana, sehingga sedini mungkin dilaksanakan kesiapsiagaan bencana dalam upaya mengurangi risiko bencana.
“Jadi dalam pelaksanaan bimtek maupun mitigasi bencana di Kecamatan Ibun itu pesertanya para perangkat desa, tidak melibatkan ASN. Jadi tidak benar ada pungli yang dilakukan oknum ASN,” kata Ketua APDESI Kecamatan Ibun yang juga Kepala Desa Dukuh Yanto Erawanto ketika dihubungi wartawan, Minggu (3/7/2022).
Menurut Yanto, pelaksanaan bimtek maupun mitigasi bencana itu benar-benar dilaksanakan dan ada. Bahkan, pada hari ini sejumlah pihak sedang melaksanakan mitigasi bencana di Desa Tanggulun Kecamatan Ibun, setelah sebelumnya pelaksanaan bimteknya di Desa Lampegan Kecamatan Ibun yang dihadiri semua peserta dari perangkat desa.
“Jadi kegiatannya ada dan tidak fiktif. Sejumlah pihak bisa melakukan klarifikasi dan peninjauan langsung ke lapangan atau bertanya dulu ke saya terkait program peningkatan kapasitas perangkat desa itu. Jadi tidak ujug-ujug menuduh ada oknum ASN yang melakukan pungli, seperti kabar yang beredar,” tutur Yanto.
Yanto mengungkapkan perangkat desa di Kecamatan Ibun perlu diberikan edukasi dalam pemahaman mitigasi bencana itu, karena kecamatan itu salah satu desa yang rawan bencana.
“Mulai dari rawan bencana longsor atau pergerakan tanah. Selain itu, rawan banjir, khususnya Desa Tanggulun Kecamatan Ibun akibat luapan Sungai Citarum dan Sungai Gandok Ciraab. Jadi sedini mungkin para perangkat desa diberikan pemahaman mitigasi bencana untuk ditindaklanjuti dan diimplementasikan di tengah-tengah masyarakat,” katanya.
Ia pun melihat di sejumlah desa di Kecamatan Ibun itu ada persoalan dan kondisi fisik yang berbeda, terkait dengan lingkungan.
“Jadi mitigasi bencana dilaksanakan di masing-masing desa dengan permasalahan yang berbeda. Ketika ada tanah labil, sehingga kita memberikan pemahaman kepada warga untuk mengantisipasi terjadinya gerakan tanah atau longsor. Bagian tanah labil itu, selain ditanami pepohonan, namun untuk di lahan rawan longsor bisa dipasang terasering atau tembok penahan tanah,” tuturnya.
Editor: denkur