Asyiik… Kabupaten Bandung Peringkat Pertama Kepatuhan Protokol Kesehatan

Rabu, 3 Februari 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bupati Bandung, Dadang Naser (Foto: Humas Pemkab Bandung)

Bupati Bandung, Dadang Naser (Foto: Humas Pemkab Bandung)

Dalam rentang tanggal 25 hingga 31 Januari 2021, Kabupaten Bandung menduduki peringkat pertama tingkat kepatuhan kabupaten kota di Jawa Barat dalam menjaga jarak dan menghindari kerumunan, dengan skor 92,96.


DARA – Sedangkan tingkat kepatuhan memakai masker, juga dengan skor 92,96, wilayah yang dipimpin Bupati Dadang Naser itu menduduki peringkat kedua di bawah Kota Cimahi yang meraih skor 95,4.

Semenjak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mulai 11 hingga 25 Januari 2021, Komite Kebijakan Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Daerah Provinsi Jabar mengeluarkan laporan mingguan tingkat kepatuhan protokol kesehatan (protkes), yang dapat diakses melalui laman Bersatu Lawan Covid-19.

“Dari minggu pertama sampai minggu ketiga berakhirnya PPKM Tahap I, tingkat kepatuhan masyarakat kita terus mengalami peningkatan. Ini ada korelasi juga dengan kembalinya Kabupaten Bandung ke zona oranye, di mana kita sempat masuk zona merah pada minggu kedua,” terang Bupati Dadang Naser di Soreang, Rabu (3/2/2021).

Pada minggu pertama PPKM, yaitu tanggal 11 hingga 17 Januari 2021, skor kepatuhan dalam menjaga jarak dan menghindari kerumunan yaitu 84,27. Kemudian, pada minggu kedua (18-24 Januari 2021) berada di angka 90,47. Sementara tingkat kepatuhan dalam memakai masker, juga terus meningkat tiap minggunya, yaitu 85,51 (11-17 Januari) dan 90,5 (18-24).

“Kita tidak perlu melihat, berada di zona apa kita saat ini. Yang paling penting, terus tingkatkan kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan, memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak dan menghindari kerumunan,” tutur bupati.

Ia mengajak seluruh pihak, untuk bersama-sama berupaya menyadarkan masyarakat untuk memutus mata rantai penyebaran pandemi yang belum pasti kapan akan berakhir.

“Bila kita dalam kondisi sakit, jangan memaksakan diri keluar rumah. Covid bisa menyerang siapa pun, apalagi terhadap orang yang imunnya sedang lemah, atau punya komorbid (penyakit bawaan). Termasuk saat kita sehat pun kita bisa terpapar. Bisa jadi imun kita kuat, tapi belum tentu dengan orang-orang yang kita sayangi di rumah. Karena itu mari kita sama-sama sadar diri, tingkatkan kedisiplinan menjaga protokol kesehatan,” pungkas Dadang Naser.

Sementara itu Penjabat Sekretaris Daerah (Pj. Sekda) Kabupaten Bandung A. Tisna Umaran mengimbau aparat kewilayahan, untuk bersama-sama berperan aktif sebagai salah satu unsur Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Daerah.

“Ketika berbicara satgas, kita tidak bisa hanya mengandalkan satgas tingkat pusat atau kabupaten kota. Pemerintah kecamatan pun merupakan bagian dari satgas. Bahkan untuk mengefektifkan penanganan covid di kewilayahan, ada satgas tingkat desa, RW hingga tingkat paling bawah yaitu RT,” ujar Tisna yang juga selaku Ketua Harian Satgas Kabupaten Bandung.

Gencarnya gerakan yang dilakukan satgas di tingkat desa maupun tingkat di bawahnya, akan semakin mempermudah penanggulangan dari petugas kesehatan saat ada warga terkonfirmasi positif.

“Saat ini klaster keluarga merupakan penyumbang tertinggi kasus covid-19 di Kabupaten Bandung. Pemerintah yang paling dekat dengan keluarga, tentunya di tingkat RT. Mereka yang paling tahu aktivitas warganya, siapa saja yang bergaul dengan warga yang terkonfirmasi positif, dan bagaimana mobilitasnya,” tutur Tisna Umaran.

Peran satgas di tingkat bawah, kata sekda, tentunya bukan hanya mendata ketika ada warganya yang terkonfirmasi positif. Melainkan ikut mengawasi, saat warga tersebut melakukan isolasi mandiri.

Bagi orang yang sudah terpapar namun tidak bergejala (OTG), imbuh dia, sebaiknya melakukan isolasi mandiri. Karena tempat isolasi di rumah sakit, maupun yang disediakan di BLK (Balai Latihan Kerja) Baleendah tentu memiliki keterbatasan daya tampung.

“Nah, saat isolasi mandiri ini siapa yang mengawasi? Tidak mungkin nakes (tenaga kesehatan) bisa memantau secara penuh. Selain menangani pasien di tempat isolasi yang kita sediakan, mereka saat ini juga dihadapkan dengan berjalannya program vaksinasi. Tentu personil akan semakin terbatas. Jadi selain kedisiplinan warga yang tengah melakukan isolasi mandiri, juga diperlukan pengawasan dari orang di sekitarnya, yaitu pemerintah di tingkat paling bawah,” tutup Tisna.***

Editor: denkur

Berita Terkait

Pemda Provinsi Jawa Barat Mengawasi Pembongkaran Pagar Laut di Bekasi
Besti 2025 Dibuka Lagi Lho, Siapkan Syarat-syarat Ini
Pemprov Jabar Evaluasi Kerja Sama dengan PT TRPN Soal Pagar Laut Bekasi
Soal Pagar Laut Bekasi, KKP Beri Sanksi PT TRPN
HARI PERS NASIONAL 2025, Bey Machmudin: Membangun Sikap Kritis dan Berintegritas
Jaga Ekosistim TPA Saimukti, Penanganan Sampah Bandung Raya Dilakukan Kewilayahan
KAI Group Layani 39,08 Juta Penumpang Selama Januari 2025, Simak Data Berikut Ini
Atalia Praratya Ajak Majelis Taklim di Cimahi Perkuat Sinergi dengan Prinsip 3K
Berita ini 3 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 11 Februari 2025 - 22:27 WIB

Pemda Provinsi Jawa Barat Mengawasi Pembongkaran Pagar Laut di Bekasi

Selasa, 11 Februari 2025 - 13:04 WIB

Pemprov Jabar Evaluasi Kerja Sama dengan PT TRPN Soal Pagar Laut Bekasi

Selasa, 11 Februari 2025 - 12:54 WIB

Soal Pagar Laut Bekasi, KKP Beri Sanksi PT TRPN

Minggu, 9 Februari 2025 - 19:49 WIB

HARI PERS NASIONAL 2025, Bey Machmudin: Membangun Sikap Kritis dan Berintegritas

Minggu, 9 Februari 2025 - 13:54 WIB

Jaga Ekosistim TPA Saimukti, Penanganan Sampah Bandung Raya Dilakukan Kewilayahan

Berita Terbaru