Persatuan Guru Pelukis Bandung (PGPB) kembali ikut berpartisipasi dalam gelaran tahunan “Bandung Art Month 2020”. Namun karena perhelatan tahun ini digelar dalam masa pandemi, PGPB mengangkat tema “Guru vs Covid-19”.
DARA | BANDUNG – Acara yang digelar sejak 20 Agustus hingga 20 September 2020 tersebut pun digelar secara virtual dan diberlakukan pembatasan publik. Oleh sebab itu, PGPB melaksanakan kegiatan ini di rumah Ketua Pelaksana PGPB di Jln. Tata Surya No. 57, Kota Bandung dan dibatasi jumlah peserta.
Sebelumnya, Ketua Pelaksana PGPB yang juga guru SMPN 11 Bandung, R. Inne Kaniawati mengungkapkan awal berdiri PGPB. Menurutnya, pertama berdiri tahun 2008, awalnya PGPB bernama Pigur (Pelukis Guru) yang didirikan oleh Pak Bunbun. Namun, seiring perjalanan waktu, Pigur berganti nama menjadi PGPB. “Setiap tahun, PGPB rutin mengikuti pameran, khususnya pameran lukisan,” ujarnya, saat ditemui di kediamannya, Jumat (28/8/2020).
Sebelumnya pun, lanjut Inne, anggota PGPB berjumlah 40 orang yang berasal dari guru-guru SMA/SMK/SLB dan SMP. Namun, dalam masa pandemi saat ini, jumlah anggota terus berkurang menjadi 14 orang. Tapi, pihaknya masih tetap merekrut anggota.
“Meski pandemi, kami tetap semangat membuat karya. Karena bagi kami, berkarya merupakan hiburan di tengah kepenatan atau rutinitas pekerjaan yang kami lakukan setiap hari. Apalagi jika karya kita diapresiasi, itu memberikan kebahagiaan tersendiri,” tuturnya.
Inne pun berharap, ke depan seluruh guru seni rupa dapat bergabung/berpartisipasi dengan PGPB. “Karena PGPB sudah lama berdiri sehingga para guru bisa lebih meningkatkan kreativitasnya di sini. Bahkan, karya mereka bisa dijual untuk meningkatkan ekonomi dalam masa pandemi yang serbasulit ini,” ungkapnya.
Salah seorang anggota PGPB, Yoppy Yohana mengaku sangat menyukai kegiatan ini. Ia salut dengan guru-guru senior yang masih aktif berkarya dan dirinya pun merasa harus lebih banyak belajar dari mereka.
“Saya pribadi tidak mau rutinitas saya hanya pergi dari rumah ke sekolah, hanya berdiri di depan kelas. Saya ingin lebih dari itu. Saya berprinsip, semua orang bisa jadi guru. Termasuk, senior-senior saya di sini yang konsisten melukis, saya anggap mereka semua adalah guru,” ujar guru Seni Budaya SMPN 35 Bandung tersebut.
Yoppy beranggapan, dengan melakukan kegiatan di luar rutinitas, guru akan bisa menekan egonya. “Di kelas, guru menyuruh siswa untuk berkarya, namun gurunya sendiri tidak meng-upgrade kemampuannya. Makanya, untuk meng-upgrade kemampuan saya, saya ikut PGPB dan mengikuti berbagai pameran,” tuturnya.
Meski PGPB merupakan kepanjangan dari Persatuan Guru Pelukis Bandung, namun Yoppy berharap, ke depan PGPB bisa tidak terbatas pada pelukis saja, tapi merambah ke perupa. “Karena, kalau pelukis kan hanya dua dimensi, sedangkan di perupa lebih luas. Mencakup grafis, patung, relief, dan lainnya,” ucapnya.
Meski dilaksanakan dalam keterbatasan dan secara virtual, namun menurut Yoppy, gelaran Bandung Art Month tahun ini memberikan kesan yang berbeda. “Yang membuat istimewa, karena pandemi Covid-19, rumah pun disulap menjadi galeri dan ini baru terjadi tahun ini. Bahkan, inisiator Bandung Art Month 2020 mengangkat hal tersebut menjadi tema ‘Rumahmu Galerimu’,” ungkapnya.
Hasil penjualan lukisan pada Bandung Art Month 2020 ini, seluruhnya akan disumbangkan bagi yang terdampak Covid-19.***
Berita ini sudah ditayangkan di laman disdikjabar dengan judul: “Bandung Art Month 2020”, Persatuan Guru Pelukis Bandung Lawan Covid-19 dengan Melukis.(Rury Yuliatri)
Editor: denkur