Derasnya aliran Sungai Ciwidey yang menyebabkan banjir di Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung harus segera ditangani agar kejadian serupa tak terulang lagi.
DARA – Demikian dikatakan Anggota DPRD Kaupaten Bandung Riki Ganesa. Menurutnya, banjir bandang yang kembali menerjang Ciwidey meski hujan tidak lebat harus jadi pelajaran. Selamatkan segera kawasan Bandung Selatan.
Diketahui, meski tidak hujan lebat, Selasa (14/6/2022), Sungai Ciwidey di Kecamatan Ciwidey kembali meluap dan menggenangi lahan pertanian, jalan dan ada longsoran di beberapa titik.
Sebelumnya, Senin (6/6/2022) lalu banjir bandang akibat luapan Sungai Ciwidey selain merobohkan satu jembatan, sejumlah rumah pun kini terancam.
Menurut Riki, kejadian banjir di wilayah Ciwidey berharap menyadarkan sejumlah pihak untuk introspeksi terkait ancaman yang jauh lebih besar kedepannya.
Kejadian ini, kata Riki, jangan dibiarkan begitu saja tanpa adanya tindakan nyata.
“Regulasi perlindungan dan pemanfaatan kawasan Bandung Selatan harus segera dipikirkan,” kata Riki dari Komisi B DPRD Kabupaten Bandung ini.
Diungkapkan legislator dari Fraksi Golkar ini, soal banjir bandang Ciwidey, pihaknya berharap tidak untuk bertentangan atau saling menyalahkan.
“Kejadian musibah alam banjir bandang di Ciwidey tersebut mari kita jadikan cermin dalam rangka menumbuhkan sebuah kesadaran kolektif dari seluruh lapisan bahwa alam sekarang tidak hanya milik kita, namun milik anak cucu sebagai pewaris generasi berikutnya,” ujarnya.
Dikatakan Riki, isu lingkungan, alih fungsi lahan, keterbatasan ruang, dan laju pertumbuhan mau tidak mau sangat berpengaruh terhadap kondisi alam.
“Nah bagaimana caranya kita melakukan investigasi secara menyeluruh agar bisa menjadikan dasar dalam membuat langkah kebijakan ke depannya,” kata Riki.
Riki pun berharap bisa meminimalisasi kejadian bencana lebih besar di Ciwidey karena banjir bandang tersebut sudah dua kali menerjang dalam minggu terakhir di daerah Ciwidey.
Selain akibat curah hujan tinggi, kata Riki, ini membuktikan juga bahwa daerah hulu tak lagi mampu menghambat laju derasnya guyuran hujan sebagai wilayah tangkapan air.
Air hujan, kata Riki, tak terserap dengan baik, bahkan meluncur deras ke daerah yang lebih rendah. Banjir bandang terjadi karena air dari atas runoff (aliran permukaan) ke yang lebih datar dan rendah, akibat daya tampung sungai tidak mampu menampung volume air.
“Logikanya, jika air dengan deras menuju bagian bawah secara cepat, sebuah gambaran yang sangat jelas akan kerusakan di wilayah atas dengan kata lain, ada masalah di wilayah hulu atau adanya alih fungsi. Seharusnya air di atas bisa dikendalikan jika ada kawasan tangkapan dan resapan air yang mumpuni,” ujar Riki.
Editor: denkur