MESKIPUN Kota Sukabumi merupakan kota kecil, banyak memiliki sejarah. Banyak bangunan tempo dulu, peninggalan Belanda, sebagian dijadikan cagar budaya. Namun tak dipungkiri, masih banyak peninggalan sejarah yang belum tergali.
Salah satunya lorong bawah tanah (saluran air) yang dibangun persis di bawah kota Sukabumi. Temuan lorong tersebut tak urung menjadi pusat perhatian Pemkot Sukabumi.
Bersama kelompok pelestari/pecinta sejarah dan budaya segera melakukan penelitian sejumlah lorong tersebut.
“Bersama dengan tim untuk melihat langsung kondisi lorong di bawah tanah. Ternyata luar biasa. Kalau kita hidupkan menjadi destinasi wisata sejarah, sangat keren, ” kata Wali Kota Sukabumi, Achmad Fahmi, kepada awak media seusai penelusuran lorong sepanjang 200 meter di Jalan Brawijaya dan Jalan Arief Rahman Hakim, Sabtu (24/08/2019) sore.
Namun demikian, menurut orang nomor satu di Kota Sukabumi ini, perlu pengkajian dan analisis lebih dalam untuk mengukur tingkat keamanannya, jika lorong ini dijadikan lokasi wisata. Di lorong tersebut kini banyak sampah berserakan.
“Kita sedang melakukan penelitian dan pengkajian. Kelayakannya bagaimana. Makanya diterjunkan tim ahli,” ujarnya.
Berdasarkan data yang dihimpun Tim Peneliti Spelca Sukabumi, lorong serupa hanya ada di lima kota di indonesia yakni Kota Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, dan Kota Sukabumi. ” Kitta harus bangga, tidak semua kota di indonesia mempunyai lorong seperti ini. Sukabumi salah satu kota yang mendapat referensi para arsitektur pada zaman kolonial Belanda, untuk dibuatkan lorong,” kara Ketua Tim Peneliti Spelca Bumi, Fery.
Menurut dia, kemungkinan Ada 27 titik terdiri dari lorong dan bunker peninggalan Belanda di Wilayah Kota sukabumi. “Kemungkinan masih banyak peninggalan sejarah bawah Kota Sukabumi yang belum diketahui. Makanya butuh keseriusan, baik stake holder maupun masyarakat untuk bisa menggali sejarah lebih dalam,” ujarnya.
Ekpedisi lorong bawah tanah ini juga, pernah dilakukan pihak pemkot Sukabumi melalui Bappeda setempat, Oktober hingga Desember 2017. Ekspedisi dilakukan di dua kecamatan, yakni di Gunung Puyuh sepanjang 38,82 meter ketingian 2 meter dan lebar 2,5 meter dengan bentuk inlet atau outlet bentuk roti.
Sementara lorong Warudoyong di Jalan Palabuhan II memiliki panjang 43,96 meter tinggi 3.meter, dan. Lebar 2,5 meter. Hasil ekpedisi ini menunjukkan seluruhnya ada 20 lorong bawah tanah.
Wartawan: Riri Satiri | Editor: Ayi Kusmawan