Tinggi Muka Air (TMA) Sungai Citarum di wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, belum menunjukkan penurunan signifikan ditambah intensitas hujan masih cukup tinggi. Akibatnya, permukiman warga di sejumlah titik di Kecamatan Dayeuhkolot, Baleendah dan Bojongsoang, masih terendam banjir.
DARA | BANDUNG – Sejumlah warga terdampak banjir pun masih banyak yang memilih untuk tetap bertahan di pengungsian, karena khawatir air kembali naik mengingat hujan masih terus mengguyur wilayah Bandung Raya, meski sebelumnya sempat ada penurunan.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, Enjang Wahyudin, mengatakan, TMA di Sungai Citarum belum memperlihatkan penurunan.
“Ada sejumlah warga yang sempat pulang ke rumahnya untuk mengontrol, tapi balik lagi ke pengungsian, karena khawatir banjir semakin meninggi,” ujar Enjang saat ditemui di Posko Pengungsian Gedung Inkanas, Baleendah, Kabupaten Bandung, Kamis (20/2/2020).
Apalagi, kata Enjang, sejak pagi tadi hingga siang ini hujan masih mengguyur dengan intensitas sedang. Pihaknya pun terus meningkatkan kewaspadaan sebagai upaya penanggulangan.
“Kami tidak bisa memprediksikan apakah hujan sekarang bisa menambah debit air sungai Citarum atau tidak,” katanya.
Menurutnya, jika hujan hanya turun diseputaran Kabupaten Bandung saja, maka kemungkinan banjir tidak akan cepat naik. Namun, saat hujan merata mengguyur wilayah Bandung Raya, otomatis akan terjadi peningkatan tinggi air.
Seorang pengungsi warga Kelurahan Andir, Juwita (35) mengaku sempat kembali ke rumahnya untuk mengecek dan melakukan bersih-bersih. Namun, karena air masih menggenangi rumahnya, ia memilih kembali ke pengungsian.
“Soalnya hujan kembali turun, makanya saya memutuskan kembali ke pengungsian. Khawatir kalau pulang nanti air naik lagi,” kata Juwita.
Disinggung terkait pelayanan kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung di posko pengungsian, kata Juwita, setiap tiga kali sehari pemeriksaan kesehatan dilakukan kepada warga korban banjir.
“Tapi kalau untuk asupan gizi, vitamin, dan susu untuk balita belum maksimal. Kadang pengungsi harus beli sendiri,” ungkapnya.***
Wartawan: Fattah | Editor: Muhammad Zein