DARA | BANDUNG – Pedagang mulai melirik produk urban farming (pertanian perkotaan). Namun, karena belum mampu memenuhi pasokan, tawaran itu belum bisa terpenuhi.
“Produk yang dibuat di urban farming itu selain bersih juga sehat, karena kita tidak menggunakan pupuk kimia. Itu jadi salah satu daya tariknya,” kata Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana, saat membuka Bandung Agri Market (BAM) 2019 di Plaza Balai Kota Bandung, kenarin.
Potensi ekonomi tersebut membuat peminat urban farming di kewilayahan tumbuh dengan pesat. Saat ini, lanjut dia, terdapat lebih dari 150 kelompok urban farming yang berada di bawah binaan kewilayahan.
“Itu baru yang formal, yang dibina oleh kewilayahan. Kelompok masyarakat lain, termasuk individu dan instansi pemerintah itu juga banyak yang banyak mengkonfirmasi ke kita untuk minta pendampingan pelatihan,” ujarnya.
Pihaknya juga akan mengkaji meningkatnya urban farming ini bisa menjadi daya dongkrak untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasar. Jika demikian, potensi ini akan terus dioptimalkan.
“Tapi secara umum itu sudah terlihat dari beberapa kelompok masayrakat yang sudah bisa memenuhi kebutuhan sayurannya untuk kebutuhan sehari-hari,” Gin Gin menambahkan.***
Editor: Ayi Kusmawan