DARA | BANDUNG – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen Doni Monardo, mengatakan dalam kurun waktu 8 tahun terakhir di Indonesia bencana alam telah menelan sekitar 11 ribu korban jiwa. Sumber bencana rata-rata perbuatan manusia.
Korban terbesar diakibatkan gempa bumi, tsunami, longsor dan banjir. “Di Jawa Barat, dalam kurun waktu dua tahun terakhir pun sangat banyak. Kalau kita lihat bentuk-bentuk bencana yang terjadi, Jawa Barat adalah yang terlengkap,” katanya, dalam Seminar Nasional bertema ‘Model Sinergitas Pentahelix-Merawat Alam dan Mitigasi Bencana,’ di Bandung, Jawa Barat, Jumat (22/2/19).
Doni mengungkapkan, sumber bencana rata-rata adalah hasil dari perbuatan manusia. Seperti alih fungsi lahan, tata ruang yang tidak dipatuhi hingga terjadi peristiwa alam yang selau berulang.
“Mari kita merawat alam, kita jaga alam, maka alam menjaga kita, kalau kita tidak jaga alam, maka musibah akan datang silih berganti,” ujarnya.
Selain itu, Doni juga sempat mengatakan bahwa di Jawa Barat terdapat patahan Lembang yang cukup berisiko. Namun dia berpesan agar masyarakat tidak terlalu takut dan harus meningkatkan kewaspadaan.
Sementara itu Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, menyatakan, pihaknya menggelar sebuah gagasan besar. “Kebencanaan ini bisa kita kurangi resikonya melalui kolaborasi Pentahelix,” katanya.
Menurut gubernur, pentahelix, adalah jurus lima unsur yang hendak dilancarkan Citarum Harum untuk mengembalikan sungai terpanjang di bumi Priangan ini menjadi sumber kehidupan. Dengan kolaborasi A-B-C-G-M, Academician, Business, Community, Government, Media.
Kelima unsur tersebut harus kompak, saling support, untuk membangun Citarum yang harum, bersih, sehat, dan lestari. “Selama ini jangan menyangka bahwa urusan hidup kita ini hanya urusan Pemerintah, maka pentahelix ini terbagi lima peran, ada peran pemerintah, pebisnis, universitas, peran kominitas, dan peran media.”
Ia berharap, dalam waktu lima hingga tujuh tahun ke depan, normalisasi Citarum akan berhasil kalau semua elemen ini kompak. Saat ini, telah dibuat buku pedoman Citarum Harum yang di dalamnya memuat masing-masing peran yang akan mengerjakan perannya sesuai targret.
Nanti setiap akhir tahun akan dievaluasi. “Target harus ada progres 15-20 persen setiap tahun. Jadi di akhir proses kita harapkan bisa mengembalikan Citarum,” ujarnya.***
Editor: Ayi Kusmawan