Djunaedi Tjunti Agus selain seorang jurnalis senior juga seorang penyair. Karya-karya puisinya bertebaran di berbagai media masa, salah satu puisi berjudul Bencana dan Air Mata Duka yang dimuat Mimbar Rakyat.com ini.
BENCANA DAN AIR MATA DUKA
Air mata tak tertahankan
Korban tewas terus bertambah
Rumah-rumah reot runtuh
Bangunan kokohpun tumbang
Warga korban tak berdaya
Pasrah atas keadaan nyata
Para penolong berjibaku
Demi menyelamatkan nyawa korban
Ada yang bisa diselamatkan
Yang luka dan patah tulang
Pihak rumah-rumah sakit kerja keras
Jasad yangg tertimbun terus digali
Tenda-tenda darurat didirikan
Bantuan pun mengalir dari mana-mana
Rasa solidaritas terus berkibar
Air mata duka terus mengalir
Apakah ini peringatan atau azab
Wallahualam bissawab Allah yang tahu
Yang pasti Rasul pernah mengingatkan
Azab Allah itu pedih
Ada berupa bencana alam
Ditenggelamkan ke perut bumi
Dihujani batu ditelan lautan
Azab Allah telah kerap terjadi
Ketika umat menantang perintah Tuhan
Semua telah terjadi
Semua berkali-kali terbukti
Bahkan juga nyata hari-hari ini
Semua itu adalah peringatan
Apakah kita akan terus meragukan
Perintah dan tuntunan sudah jelas
Mengapa kita tak mengindahkan
Telah banyak contoh mengerikan
Penantang Nabi Nuh ditenggelamkan
Musuh Nabi Luth dihujani batu dari langit
Firaun yang menantang Nabi Musa ditenggelamkan
Banyak contoh lain dikemukakan
Lalu mengapa tetap membangkang
Air mata duka tak kunjung kering
Hari-hari masih diiisi kabar duka
Ditemukanya jasad-jasad tak berdaya
Apakah musibah akan terus terjadi
Hanya Allah yang tahu
Dekatkan diri dan jiwa kepadaNya
Jangan salah jalan
@Malang 271122