Hari ini, Senin (2/3/2020) harga jual emas di posisi Rp810 ribu per gram atau naik Rp4.000 dari Rp806 ribu per gram pada Minggu (1/3/2020). Sedangkan harga pembelian kembali (buyback) naik Rp4.000 dari Rp728 ribu menjadi Rp732 ribu per gram pada hari ini.
DARA| JAKARTA- Berdasarkan data PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam Antam, harga jual emas berukuran 0,5 gram senilai Rp429,5 ribu, 2 gram Rp1,56 juta, 3 gram Rp2,33 juta, 5 gram Rp3,87 juta, 10 gram Rp7,67 juta, 25 gram Rp19,08 juta, dan 50 gram Rp38,08 juta. Kemudian, harga emas berukuran 100 gram senilai Rp76,1 juta, 250 gram Rp190 juta, 500 gram Rp379,8 juta, dan 1 kilogram Rp759,6 juta.
Harga jual emas tersebut sudah termasuk Pajak Penghasilan (PPh) 22 atas emas batangan sebesar 0,45 persen bagi pemegang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Bagi pembeli yang tidak menyertakan NPWP memperoleh potongan pajak lebih tinggi sebesar 0,9 persen.
Harga emas di perdagangan internasional berdasarkan acuan pasar Commodity Exchange COMEX berada di posisi US$1.599,9 per troy ons atau meroket 2,12 persen. Begitu pula harga emas di perdagangan spot menguat 0,73 persen ke US$1.597,34 per troy ons pada pagi ini.
Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan harga emas terus meningkat, seiring kuatnya kekhawatiran dunia akan penyebaran virus corona atau Covid-19. Pasalnya, kasus positif virus corona terus bertambah dari hari ke hari.
Berdasarkan data penyebaran virus corona dari Johns Hopkins CSSE pada Senin (2/3/2020) pukul 09.00 WIB, jumlah kasus positif telah mencapai 88.587 dengan jumlah korban meninggal sebanyak 3.038 orang di dunia. Kasus terbanyak terjadi di China, Korea Selatan, Italia, Iran, dan Jepang.
“Ini menjadi sentimen negatif untuk aset berisiko di awal pekan. Indeks saham Asia juga dibuka negatif. Pasar masih tertarik mengalihkan aset ke aset aman,” ujar Ariston kepada CNNIndonesia.com.
Selain itu, sambung dia, tingkat imbal hasil (yield) surat utang Amerika Serikat (US Treasury) juga terus menurun ke level terendah baru dalam beberapa waktu terakhir. Saat ini, yield US Treasury berada di 1,02 persen.
Di sisi lain, pelaku pasar turut mengantisipasi buruknya data indeks aktivitas manufaktur China pada Februari 2020 yang disurvei oleh Markit. Menurut survei, pertumbuhan industri manufaktur Negeri Tirai Bambu terkontraksi.
“Kontraksi manufaktur di China bisa memberikan dampak negatif ke perekonomian global,” ungkapnya.
Pelaku pasar, kata Ariston, juga mempertimbangkan kebijakan moneter bank sentral AS, The Federal Reserve ke depan. Sebelumnya, The Fed pernah mewacanakan memberi stimulus berupa penurunan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps).
Editor : Maji