Dunia sastra Sunda kehilangan seorang sastrawan yang juga seorang wartawan, yaitu HM Usep Romli. Ia meninggal di Garut karena sakit.
DARA | BANDUNG – Sastrawan yang juga wartawan senior, H Usep Romli, meninggal dunia di Klinik Al Yamin Limbangan, Kabupaten Garut, pukul 09.50 WIB, Rabu (8/7/2020).
Jenasah almarhum akan dibawa ke rumah duka di Kampung Kiaralawang Kabupaten Garut.
H Usep Romli sempat dirawat di RS Al Yamin selama dua hari.
Almarhum, sejak lima tahun terakhir mengalami beberapa kali rawat inap di sejumlah rumah sakit karena berbagai gangguan kesehatannya.
HM Usep Romli dikenal sebagai sastrawan Sunda yang lahir di Limbangan, Garut, pada 16 April 1949.
Dia dikenal sebagai penulis cerita pendek, carita pondok, essai, artikel, novel, sajak, puisi, baik dalam bahasa Indonesia apalagi bahasa Sunda. Belakangan, Usep Romli lebih rajin menulis artikel-artikel agama islam, berbentuk tareh atau sejarah-sejarah Islam.
Gaya penulisannya yang ringan menjadikan tulisan Usep Romli sangat digemari pembaca. Sejumlah novel pun laris di pasaran, hingga menjadikan dirinya sebagai sastrawan dikenal di seluruh daerah Jawa Barat.
Dalam kesehariannya, Usep Romli sangat bersahaja. Saat diajak bicara ia tak memperlihatkan senioritasnya baik sebagai sastrawan maupun wartawan. Ia sangat terbuka untuk diajak diskusi oleh siapapun, termasuk oleh kalangan muda atau penulis pemula.
Usep Romli selalu memberi bimbingan kepada para penulis muda dalam ihwal teknik-teknik menulis. Ia selalu menekankan penguasa materi bahan tulisan yang akan ditulis. Menurutnya, Kunci mewujudkan tulisan yang baik adalah penguasaan materi. Artinya, penulis pun sama dengan wartawan harus melakukan cek dan ricek terhadap materi yang akan disampaikan. Banyak lagi yang diberikan Usep Romli kepada para penulisan muda saat hidupnya.
Usep Romli lulus dari Sekolah Pendidikan Guru pada 1966 dan menjadi guru SD di Kadungora, Garut.
Dia juga menjadi koresponden untuk mingguan Fusi (1972), Giwangkara (1972-76), harian Pelita (1977-1979), harian Sipatahunan (1979-1980).
Ketika hendak dipindahkan menjadi pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di Bandung, dia memilih untuk melepas seragam pegawai negeri sipil dan bekerja penuh sebagai wartawan Pikiran Rakyat sampai pensiun.
Usep sudah mulai menulis, terutama dalam bahasa Sunda, sejak masih duduk di Sekolah Pendidikan Guru. Banyak sajak dan cerita pendeknya yang dimuat di majalah Kalawarta Kudjang, Mangle, Hanjuang, Giwangkara, dan Galura.
Kegemarannya ini dia teruskan ketika menjadi guru dan wartawan.
Selamat jalan HM Usep Romli.***
Editor: denkur | Bahan : wikipedia