“Kalau tahun lalu, harganya hanya berkisar Rp 8 ribu per kilogram. Kini, harganya lebih bagus bisa mencapai Rp 15 ribu per kilogramnya,” jelasnya.
DARA|CIANJUR– Permintaan kolang-kaling pada bulan puasa ini mengalami peningkatan yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan permintaan komoditi serupa pada bulan puasa sebelumnya.
Kondisi itu menjadi keuntungan tersendiri bagi para perajin kolang-kaling di Kampung Kedung Hilir, Desa Sukamanah, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Dedi (45), seorang perajin kolang-kaling, mengatakan permintaan penganan berbahan baku buah aren itu sejak awal puasa sudah mengalami peningkatan.
Sejak awal puasa, lanjut Dedi, para perajin kolang-kaling sudah mampu memproduksi sebanyak 2 ton dalam satu kali produksi untuk memenuhi permintaan pasar pada awal bulan Ramadhan ini.
“Jika dibandingkan dengan puasa sebelumnya, sangat jauh. Sekarang kita sejak awal puasa permintaan sudah lebih dari satu ton. Sementara, tahun lalu permintaan satu ton itu untuk memenuhi permintaan pasar selama satu bulan,” kata Dedi, kepada wartawan, Minggu (18/4/2021).
Tak hanya permintaan pasar yang tinggi, kata Dedi, harga kolang-kaling di pasaran pada puasa ini juga cukup menggiurkan. Untuk harga satu kilogram kolang-kaling di pasaran saat ini berkisar Rp 15 ribu per kilogram.
“Kalau tahun lalu, harganya hanya berkisar Rp 8 ribu per kilogram. Kini, harganya lebih bagus bisa mencapai Rp 15 ribu per kilogramnya,” jelasnya.
Dedi yang sudah menekuni profesi sebagai perajin kolang-kaling kurang lebih 15 tahun itu juga mengungkapkan jika hasil produksi kolang-kaling yang dihasilkan para perajin di Kampung Kedung Hilir, Cugenang, Cianjur memiliki kualitas yang sangat baik.
“Kualitasnya yang sangat baik sudah terkenal. Sehingga para tengkulak kolang-kaling dari luar kota Cianjur juga memilih memesan dari kita,” ujarnya.
Dedi menyebutkan, sebagian besar masyarakat di lingkungannya berprofesi sebagai perajin kolang-kaling. “Tak hanya orang dewasa, kadang anak-anak sekitar juga banyak yang memilih membantu orangtuanya hanya untuk sekedar memipihkan isi buah aren yang telah direbus untuk selanjutnya menjadi kolang-kaling,” ucapnya.
Ditengah permintaan pasar yang cukup tinggi ada persoalan yang kini dihadapi para perajin, sambung Dedi, yaitu ketersedian buah aren yang merupakan bahan baku utama.
“Sekarang para petani sudah sedikit yang menanam pohon aren, sehingga ketersedian bahan baku tidak melimpah seperti beberapa waktu lalu,” tandasnya.
Editor : Maji