Bersiap menghadapi adaptasi kehidupan baru atau new normal, sektor industri, pariwisata, perdagangan dan beberapa aktivitas lain akan dibuka. Namun, masyarakat harus faham dulu apa itu new normal.
DARA | BANDUNG – Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya (Disparbud) Kabupaten Bandung, Yosep Nugraha mengatakan, masyarakat memang harus memahami dulu pengertian new normal agar tidak salah penafsiran yang mengakibatkan euforia, seakan kehidupan akan berjalan bebas sepenuhnya.
Menurut Yosep, new normal adalah tatanan kehidupan normal dengan suasana atau habitat baru. “Sama saja seperti kehidupan normal di masa lalu, namun dengan sikap, perilaku atau kebiasaan yang baru yaitu lebih disiplin menjaga protokol kesehatan seperti menggunakan masker, sering cuci tangan atau membawa handsanitizer, physical distancing dan sebagainya,” ujarnya ketika ditemui di kantornya, Jum’at kemarin (29/5/2020).
Menghadapi new normal ini, disparbud sudah melaksanakan beberapa langkah seperti rapat koordinasi dengan para pelaku industri pariwisata di Kabupaten Bandung, seperti para pemilik hotel, restoran, pengelola destinasi wisata dan lainnya.
“Kita tidak bisa menyatakan siap menghadapi new normal tanpa bertanya dulu kepada mereka. Pada prinsipnya mereka siap melaksanakan tatanan itu, tinggal menunggu kebijakan pemerintahnya seperti apa,” jelasnya.
Kesiapan para pelaku industri pariwisata ditunjukkan dengan beberapa hal diantaranya adanya sarana prasarana kesehatan di lingkungan industri pariwisata. Mereka sudah memiliki protokol kesehatan (SOP) internal tentang bagaimana cara menyelenggarakan industri wisata dalam keadaan wabah covid-19.
“Tugas kami menyusun beberapa langkah tahapan agar semua stakeholder siap diantaranya fase sosialisasi yaitu memberi pemahaman tentang new normal, jangan sampai masyarakat berfikir bahwa kehidupan sudah bebas. Padahal, dalam fase new normal itu harus dilaksanakan pengetatan disiplin protokoler kesehatan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari,” tambah Yosep.
Pada fase sosialisasi, lanjut Yosep, disparbud akan melakukan verifikasi terhadap pelaku industri wisata. “Nanti mereka akan dipersyaratkan harus membuat pernyataan kesiapan untuk mentaati ketentuan protokol kesehatan dan akan menerima sanksi apabila melanggar. Lalu kita akan memverifikasi apakah kesiapan mereka hanya diatas kertas atau memang di lapangannya sudah siap,” ujarnya.
Hal lain yang diatur adalah pembatasan kapasitas kunjungan untuk tahap pertama adalah 50% dan pembayaran ticketing ke area wisata harus non tunai untuk menghindari penularan virus dari uang. Namun, jika terpaksa harus bayar cash, maka akan dilakukan protokoler yang sangat ketat seperti penggunaan sarung tangan oleh kasir dan penyemprotan desinfektan pada uang,” ujar Yosep.
Fase selanjutnya adalah simulasi. Bagaimana SOP itu akan diterapkan dalam kinerja industri pariwisata. Bahkan bukan hanya mempersiapkan bagaimana tatanan baru itu bisa dihadapi oleh industri pariwisata, namun juga bagaimana peningkatan kualitas kepariwisataan di Kabupaten Bandung.
“Bukan hanya konsep sosialisai, simulasi, implementasi, dan evaluasi, nanti saya akan lakukan sertifikasi. Jadi di akhir tahun setiap pelaku di industri kepariwisataan seperti hotel, restoran dan destinasi wisata terbuka harus sudah bersertifikat, bahwa industri pariwisata tersebut sudah memiliki standar yang baik cleanlize, health, and safety, sehingga menimbulkan kepercayaan dari masyarakat dan dapat meningkatkan kunjungan wisata, menambah lama tinggal dan meningkatkan belanja di area wisata,” paparnya.
Lebih jauh,Yosep menjelaskan untuk pembatasan pengunjung wisata pada masa new normal, pihaknya akan bekerjasama dengan TNI, Polri, Satpol PP, dinas perhubungan dan dinas kesehatan.
“Kita akan menyiapkan dan hadir di beberapa titik lokasi dalam rangka menatati protokoler kesehatan, physical distancing dari awal turun kendaraan sudah diatur, pemeriksaan kesehatan (cek suhu). Kalau ada yang bergejala akan disiapkan ruang pemeriksaan, termasuk rapid test di situ,” ujar Yosep.
Pemantauan akan dilakukan saat fase implementasi pariwisata dilaksanakan. Misalnya 1-2 minggu pembukaan area wisata dengan disiplin protokoler dan pembatasan, 4-8 minggu.
Pasca hal tersebut berhasil, maka akan dilakukan pelonggaran pembukaan area wisata dengan protokoler tanpa pembatasan.
“Kalau sudah demikian, kita akan bekerjasama dengan lembaga sertifikasi untuk memverifikasi destinasi mana saja yang layak bersertifikat dan tidak,” tambahnya.
Kedepan, untuk lebih mempermudah akses berwisata, disparbud akan merancang aplikasi online khusus untuk informasi kepariwisataan Kabupaten Bandung secara lengkap termasuk booking dan pembayaran ticketingnya disitu.
Jadi setiap pengunjung yang datang tidak perlu lagi bertransaksi, hanya tinggal menunjukkan bukti pembayaran atau barcode.
Selain itu, disparbud juga akan mempersiapkan wisata dengan cara lain yang lebih modern dan canggih yaitu virtual tourism, dimana setiap orang yang ingin berwisata ke Kabupaten Bandung tidak perlu lagi datang jauh-jauh.
Namun, cukup membayar ticketing online dan nanti akan dipersiapkan aplikasi 4D yang berisi penelusuran area wisata sesuai tujuan pengunjung dan seolah olah pengunjung tersebut berada di area wisata yang dimaksud padahal tetap berada di rumah mereka.
Namun, kata Yosep, semua itu akan terlaksana dengan baik jika masyarakat memiliki kesadaran tinggi untuk berdisiplin terhadap protokoler kesehatan.
Yosep mengimbau agar masyarakat jangan lengah dan mengesampingkan disiplin terhadap kesehatan masing-masing, sebab dibuka atau tidaknya industri pariwisata tergantung dari kedisiplinan masyarakat terhadap protokoler kesehatan itu sendiri.***
Editor: denkur