Bus Damri atau lazim disebut Bis Kota dulu memang dipuja, terutama oleh masyarakat menengah kebawah. Jauh dekat ongkosnya sama, murah. Tapi mungkinkah kini tinggal cerita?
DARA – Kenapa begitu? Pasalnya, mulai hari ini Kamis 28 Oktober 2021, sejumlah rute dihentikan operasinya. Tersisa beberapa rute saja. Kebijakan itu entah sampai kapan.
Alasannya, sejak covid menerjang sarana transfortasi melegenda ini mengalami kerugian yang cukup signifikan.
Akibat merugi itu juga dikabarkan para karyawan sudah tujuh bulan tidak digajih. Namun, kata General Manager Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia atau DAMRI Bandung, Ahmad Daroini, bukan tidak menerima gaji sama sekali. Perusahaan tetap mengupah pegawai dengan cara dicicil.
Lepas dari itu, yang pasti Bus Damri di tahun 1980-an seolah-olah mengalami masa kejayaannya. Terutama muda mudi Bandung. Karcis kecil selalu terselip di kantong bajunya sebagai pertanda bahwa ia baru saja naik bis kota. Para pekerja, para mahasiswa dan juga yang sekadar jalan-jalan, sangat dimudahkan dengan adanya bis kota.
Bahkan, warga sekitar Bandung seperti orang Kabupaten Bandung, Cimahi, Padalarang dan wilayah lain, mereka sangat senang dan bangga jika ke Bandung naik bis kota. Tak salah jika Frangky and Jane sempat membuat sebuah lagu yang berjudul bis kota.
Di tahun 1980-an dari sudut kota ke kota lain di Bandung terjamah Bis Kota “si murah meriah” itu dengan ongkos murah terjangkau rakyat kecil.
Bis kota benar-benar jadi pribadi sarana angkutan, meski pun oplet dan bemo juga berseliweran di seantero Kota Bandung.
Lalu, seperti inilah sejarah singkat berdirinya bis kota yang kini disayangkan banyak orang akan tinggal cerita.
Tahun 1943, tepatnya di jaman pendudukan Jepang, hanya ada dua usaha angkutan, yakni Jawa Unyu Zigyosha dan Zidosha Sokyoku.
Jawa Unyu Zigyosha adalah usaha angkutan khusus angkutan barang dengan truk, gerobak atau cikar. Sedangkan Zidosha Sokyoku melayani penumpang dengan kendaraan bermotor atau bus.
Lalu, tahun 1945, setelah Indonesia merdeka, di bawah pengelolaan Departemen Perhubungan RI, Jawa Unyu Zigyosha berubah nama jadi Djawatan Pengangkoetan dan Zidosha Sokyoku jadi Djawatan Angkutan Darat alias untuk angkutan penumpang.
Dua jawatan itu, 25 November 1946, digabungkan menjadi Djawatan Angkoetan Motor Republik Indonesia disingkat DAMRI. Tertuang dalam Maklumat Menteri Perhubungan RI No.01/DAM/46.
Tahun 1961, terjadi peralihan status DAMRI menjadi Badan Pimpinan Umum Perusahaan Negara (BPUPN) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 233 Tahun 1961, yang kemudian pada tahun 1965 BPUPN dihapus dan DAMRI ditetapkan menjadi Perusahaan Negara (PN).
Tahun 1982, DAMRI beralih status menjadi Perusahaan Umum (PERUM) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1984 serta dengan Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2002 dan berkelanjutan hingga saat ini, di mana PERUM DAMRI diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan jasa angkutan umum untuk penumpang dan atau barang di atas jalan dengan kendaraan bermotor.
Begitulah sejarah singkat Damri dengan harapan semoga krisis yang dialami Damri akan terselesaikan, sehingga tetap eksis melayani masyarakat kelas menengah ke bawah, seperti dulu lagi.
Rute yang dihentikan yakni Cicaheum – Cibeureum, Ledeng – Leuwipanjang, Dipatiukur -Leuwipanjang, Elang – Jatinangor via Cibiru, Dipatiukur – Jatinangor, Kebon Kalapa- Tanjung Sari, Cicaheum – Leuwipanjang, Alun- Alun Bandung – Ciburuy.
Rute yang masih beroperasi adalah Jatinangor – Elang via tol, Cibiru – Kebon Kelapa, Alun-alun – Kota Baru Parahiyangan.***
Editor: denkur | dari berbagai sumber