Pelayanan Serentak Sejuta Akseptor KB yang diprakarsai Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat sukses ganda. Meraih MURI. Apa itu?
DARA | BANDUNG – Pertama, tercapainya target pelayanan hingga 1.438.070 akseptor atau 104,67 persen dari target semula sebanyak 1.373.906 akseptor.
Kedua, tercatatnya jumlah layanan serentak terbanyak oleh Musium Rekor Dunia Indonesia (MURI).
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam siaran persnya mengatakan, peringatan Harganas ke-27 Tahun 2020 ini masih di dalam masa pandemi Covid-19. Walaupun terasa sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, BKKBN tetap harus bisa lebih dekat dengan masyarakat.
“Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor yang BKKBN selenggarakan Senin, 29 Juni 2020 menjadi bagian dari bentuk peringatan atau perayaan Hari Keluarga Nasional yang dilaksanakan dengan lebih dekat kepada masyarakat,” ujarnya, seperti dilansir laman BKKBN, wartakencana.com, Rabu (1/7/2020.
Menurut Hasto Wardoyo, imbas penyebaran wabah Covid-19 di Indonesia yang dimulai Maret 2020 mempengaruhi berbagai aspek, tak terkecuali pada pelayanan program keluarga berencana (KB).
Berbagai kebijakan dilakukan BKKBN untuk terus menggenjot peningkatan kesertaan ber-KB tersebut untuk antisipasi terjadinya baby boom pada masa yang akan datang. Ini dilakukan demi kesejahteraan masyarakat pada masa pandemi Covid-19 ini baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Melalui momentum peringatan Harganas ke-27 tahun 2020 dengan segala keterbatasan kondisi dan upaya saat ini, BKKBN berinisitif untuk melakukan Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor.
Melalui kegiatan ini diharapkan beberapa target sasaran strategis BKKBN dapat tetap diwujudkan dengan mempertimbangkan pendekatan budaya kearifan lokal serta tetap memperhatikan protokol pencegahan penyebaran Covid-19 yangberlaku.
Pelayanan KB sejuta akseptor dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia pada pukul 08.00-15.00 waktu setempat dan dilakukan pencatatan Rekor MURI, dengan target layanan sejumlah 1.373.902.
Hal ini merupakan upaya BKKBN untuk menghadapi implikasi dari kondisi pandemi Covid-19, yakni terjadi pengurangan kunjungan masyarakat kepada fasilitas kesehatan. Fenomena ini tentunya berakibat pada penurunan jumlah peserta KB aktif maupun peserta KB baru yang ingin mendapatkan pelayanan keluarga berencana melalui fasilitas kesehatan.
Selain berimbas pada penurunan peserta KB, penyebaran wabah Covid-19 juga berakibat kepada penurunan aktivitas dalam kelompok kegiatan (BKB, BKR, BKL, PIK R dan UPPKS) serta penurunan mekanisme operasional di lini lapangan, termasuk di Kampung KB: Pertemuan Pokja dan Pemantauan oleh OPD-KB tidak bisa optimal.
Hal ini bukan tanpa alasan, tentu banyak para akseptor KB yang merasa takut ketika hendak mengakses pelayanan KB di masa pandemi Covid-19 ini.
“Pelayanan KB yang sangat berdampak akibat wabah Covid-19 ini dikarenakan KB sendiri pelayanannya yang ada sekarang (existing) adalah dengan baksos, sosialisasi oleh penyuluh KB, dan juga kader-kader. Jadi sangat full kontak atau people to people contact atau person to person, sehingga ketika ada physical distancing atau social distancing maka jelas akan menurun pelayanan itu,” jelas Hasto.***
Editor: denkur