DARA | PANDEGLANG – Kepala BNPB, Doni Monardo bersama Kepala BMKG, menyerahkan alat pendeteksi dini besaran guncangan gempa bumi kepada BPBD Kabupaten Pandeglang, Banten, di Pandeglang, kemarin. Alat tersebut diterima Bupati Pandeglang, Irna Narulita, pada simulasi evakuasi tsunami, sebagia bagian dari Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami 2019 di Shelter Tsunami, Labuan, Banten.
Menurut Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Agus Wibowo, alat bernama Earthquake Early Warning System (EEWS) itu, bekerja memberi sinyal sekurang-kurangnya 13 detik sebelum gempa terjadi. Sinyal gempa akan diterima BMKG pusat dan kemudian diteruskan ke setiap BPBD yang telah memiliki alat tersebut.
“Setelah data rekaman diterima, lanjut dia dalam bnpb.go.id, wewenang sepenuhnya diserahkan kepada pihak BPBD untuk mengambil tindakan dan kebijakan,” ujarnya.
Kepala BMKG, Dwikorita, meminta, alat pendeteksi gempabumi hibah dari jepang itu selalu dijaga dan dirawat agar berfungsi sesuai dengan tujuan dan manfaatnya. Ia berpesan kepada semua pihak untuk tidak merusak alat-alat pendeteksi dan pengirim sinyal yang ada di lapangan.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BNPB juga mengingatkan, bencana alam bisa berulang. Selain pentingnya EEWS itu, hal lain yang harus dimiliki dalam menghadapi ancaman risiko bencana adalah peningkatan kapasitas manusia.
“Tanpa ada pengetahuan masyarakat tentang bencana dan mitigasnya, maka alat pendeteksi itu akan sia-sia.” katanya.***
Editor: Ayi Kusmawan