DARA | JAKARTA – Masjid jangan disalahgunakan untuk menyebarkan paham yang bertentangan dengan ideologi negara. Masjid juga harus netral dari ideologi yang melakukan agitasi untuk kepentingan elektoral maupun distribusi materi keagamaan yang tidak ramah dan santun.
Demikian disampaikan Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Hamli saat focus group discussion (FGD) yang digelar Forum Silaturrahim Takmir Masjid (FSTM) Kementerian/Lembaga dan BUMN di Ballroom D’ Hotel, Setia Budi, Jakarta Selatan, Sabtu (2/3).
Hamli juga menyatakan, yang tidak kalah penting dari fungsi masjid adalah harus bersih dari paham radikal yang sangat membahayakan negara.
”Tidak sedikit pelaku terorisme yang mendapatkan pemahaman menyimpang terkait agama setelah menghadiri ceramah di masjid tertentu,” ungkap Hamli dalam siaran persnya kemarin seperti dilansir Sindonews.
Menurut Hamli, banyak gerakan radikalisme yang dibangun oleh mereka yang pernah ke luar negeri, terutama yang pulang dari daerah konflik seperti Afganistan, Filipina, Suriah, Irak.
Lalu ketika pulang ke Indonesia, mereka melakukan penyebaran dan doktrin-doktrin radikalisme. Hal itulah yang menjadi latar belakang terjadinya bom bunuh diri dan terorisme. ”Orang-orang ini yang ketika pulang ke Indonesia menjadi berbahaya karena mereka membawa sesuatu. Mereka membawa ideologi, networking, dan berbagai hal, baik melalui jalur online maupun offline,” kata Hamli.***
Editor: denkur