DARA | Seorang anak imigran berusia tujuh tahun tewas dalam tahanan polisi perbatasan Amerika Serikat di negara bagian New Mexico, Kamis (13/12). Anak perempuan itu berasal dari Guatemala. Masuk ke perbatasan Amerika dari Meksiko, secara ilegal bersama sang ayah dan puluhan imigran lainnya.
Dikutip AFP, petugas Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (CBP) mengatakan anak tersebut meninggal karena “dehidrasi dan syok.”
Petugas CBP menyebut bocah perempuan itu sempat mengalami kejang-kejang selama delapan jam setelah ditahan karena tidak makan dan mengonsumsi air sejak beberapa hari sebelumnya.
The Washington post memberitakan anak perempuan itu dan ayahnya ditahan, 6 Desember sekitar pukul 22.00 waktu lokal di Lordsburg, New Mexico.
Lebih dari delapan jam setelah penahanan, bocah tersebut mulai mengalami kejang-kejang. Petugas CBP segera menghubungi petugas medis. Ketika diperiksa, suhu tubuh sang anak mencapai 40 derajat celsius dan sempat mengalami serangan jantung. Petugas medis langsung membawanya ke Rumah Sakit Anak di El Paso menggunakan helikopter.
“Namun, kondisi anak itu tak kunjung pulih dan meninggal di rumah sakit kurang dari 24 jam setelah mendapat perawatan,” bunyi pernyataan CBP.
Petugas CBP tak mempublikasikan identitas anak tersebut. Sang ayah dilaporkan tetap berada di El Paso untuk diserahkan kepada petugas kekonsuleran Guatemala.
CBP memastikan agensinya tetap akan melakukan penyelidikan terhadap kematian anak tersebut untuk memastikan bahwa kebijakan dan prosedur penanganan imigran berjalan sesuai standar yang telah diterapkan.
“Rasa dukacita mendalam dari kami untuk keluarga anak tersebut,” ucap juru bicara CBP, Andrew Meehan, melalui pernyataan kepada The Washington Post.
“Petugas CBP mengambil setiap langkah yang mungkin dilakukan untuk menyelamatkan anak tersebut. Sebagai ayah, ibu, dan saudara, kami berduka atas setiap kehilangan ini.”
Di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, kebijakan imigrasi AS diperketat. Trump bahkan bersumpah akan membangun tembok di perbatasan AS-Meksiko dan mengerahkan ribuan tentara untuk membendung gelombang imigran ilegal dari negara Amerika Selatan.
Belakangan, Trump juga menerapkan kebijakan penahanan imigran yang memisahkan anak-anak dan orang tuanya, sebuah langkah yang dikritik keras banyak pihak terutama kelompok pemerhati hak asasi manusia.***
Editor: denkur
Bahan: CNN